CELEBESMEDIA.ID, Makassar - Sudah menjadi sebuah tradisi, pada 10 malam terakhir Ramadan digelar Shalat Lail di Masjid Raya Makassar. Para Jamaah tidak hanya datang dari Makassar, tapi juga dari berbagai daerah, seperti dari Kabupaten Gowa, Maros, Pangkep bahkan Palu, Sulawesi Tengah.
Imam Masjid Raya Makassar, Muh Syahril, mengatakan setelah tarawih, beberapa warga lebih memilih tetap tinggal dan menunggu Shalat Lail dilaksanakan. Bahkan, ada yang memilih iktikaf di masjid, menghabiskan waktu dengan beribadah dan membaca Alquran.
“Salat malamnya akan dimulai pukul 01.00 hingga 03.00 Wita. Beberapa tahun terakhir jamaah iktikaf semakin ramai, hal ini ditengarai karena Masjid Raya menggelar Shalat Lail yang terdiri dari lima jenis salat yakni salat sunnah rowatib, tahajud, hayat, taubat, dan witir,” kata Syahril, Kamis (30/5/2019).
Syahril menambahkan jika menjelang pukul 01.00 Wita, suasana masjid sudah mulai ramai dipadati oleh jemaah. Beberapa pengurus masjid pun mulai sibuk mengarahkan, bahkan lebih dari seribu orang yang datang untuk beribadah setiap harinya.
“Saat shalat malam dimulai, kipas angin dinyalakan, lampu-lampu dipadamkan, hanya ada dua lampu kecil yang berada dekat mimbar dan lampu taman yang menyala. Suasana dibiarkan redup untuk membuat jemaah lebih khusyuk dalam beribadah,” terangnya.
Lanjut Syahril, sebelum 1996, Shalat Lail tak digelar setiap malam. Jamaahnya pun hanya sekitar dua saf. Tapi dari tahun ke tahun, jamaahnya semakin banyak, hingga tahajud delapan rakaat ditempatkan sebagai salat pembuka.
“Untuk jamaah yang datang terlambat, masih bisa mengikuti 4 atau 2 rakaat shalat tahajud. Tak ada syarat khusus untuk melaksanakan shalat lail. Jika tidak sempat atau susah tidur sebelum melaksanakan shalat lail pun masih tetap bisa ikut,” pungkas Syahril.