CELEBESMEDIA.ID, Makassar - Dua lembaga survei yakni PT
General Survei Indonesia (GSI) dan juga Nurani Strategic memaparkan data yang
dimilikinya terkait dengan kemenangan kolom kosong pada Pilwali 2018 lalu.
Kedua lembaga survei ini pun menyepakati jika kemenangan
kolom kosong melawan pasangan Munafri Arifuddin-Rachmatika Dewi (Appi-Cicu)
dikarenakan adanya kepentingan sejumlah pihak yang mengeroyok pasangan tersebut
dengan harapan terjadi pelaksanaan pemilihan ulang di 2020.
Dalam sebuah diskusi politik dengan tema “Pengaruh Kolom
Kosong di Pilwallkot 2020”, Direktur PT GSI, Herman Lilo, menyampaikan empat
faktor kemenangan kolom kosong berdasarkan hasil riset yang dilakukannya pada
8-18 November 2019 lalu. Pertama, karena mengikuti perintah pejabat setingkat
camat, lurah, ketua RW dan RT di angka 28, 16 persen.
Kedua, sikap fanatisme terhadap pasangan Ramdhan “Danny”
Pomanto-Indira Mulyasari atau Danny-Indira sebesar 21, 40 persen. Ketiga, kerja
tim sukses bakal calon lain yang menginginkan pilkada ulang sebanyak 19,35 persen. Dan keempat yaitu
karena program-program Appi-Cicu dinilai belum jelas oleh pemilih.
“Poin keempat ini mendapat respon dari para responden di
angka 10, 24 persen,” kata Herman.
Sementara itu, Direktur Nurani strategic, Nurmal Idrus,
mengungkapkan, dari hasil jajak pendapat yang dilakukannya pada 13-17 Agustus
2018 menunjukkan, pemilih kolom kosong bukan karena mendukung pasangan
Danny-Indira yang didiskualifikasi dari pertarungan.
“Melainkan ada beberapa alasan, diantaranya karena tidak
melihat nama Danny-Pomanto sebesar 12,7 persen serta karena jengkel dengan
sistem demokrasi itu sebesar 9,6 persen,” ucap Nurmal.
Ada pula yang hanya karena ingin coba-coba memilih kolom
kosong tanpa alasan khusus dengan angka 5,9 persen dan dengan alasan asal
coblos karena bingung menentukan pilihan itu pada angka 8,6 persen.