Seni Eropa di Tanah Sulawesi 'Societeit de Harmonie' yang Sarat Akan Sejarah - Celebesmedia

Seni Eropa di Tanah Sulawesi 'Societeit de Harmonie' yang Sarat Akan Sejarah

Ariani - 17 December 2019 15:54 WIB

CELEBESMEDIA.ID, Makassar - Societeit de Harmonie yang familiar dengan nama Gedung Kesenian merupakan salah satu tempat bersejarah di kota Makassar. Gedung ini dibangun pada 1896 dan terletak di Jalan Riburane, Kelurahan Pattunuang, Kecamatan Wajo, Kota Makassar.

Gedung dengan nuansa arsitektur Eropa abad XIX ini, dulunya merupakan tempat bertemu bagi perkumpulan dagang dari Belanda pada masa Kolonial. Namun pada masa pendudukan Jepang (1942-1945), tempat ini kemudian dipakai sebagai pertujukan seni.

Sepeninggal pendudukan Jepang, tidak lantas membuat grup kesenian lokal leluasa untuk menampilkan seni di tempat ini. Pasalnya, Gedung Kesenian ini dikuasai oleh golongan tertentu yang mempunyai pengaruh di Makassar.

Sejarawan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Hasanuddin (Unhas), Dias Pradadimara mengatakan semenjak Indonesia merdeka, gedung ini pernah mengalami pergantian peruntukkannya.

"Pada tahun 1950, gedung ini digunakan sebagai Gedung Badan Pertemuan Masyarakat dan pada tahun 1960 menjadi Balai Budaya," katanya, Selasa (17/12/2019).

Kemudian, lanjut Dias, secara berturut-turut gedung ini menjadi Gedung Veteran, LPPU Departemen Penerangan RI, Gedung DPRD Tingkat I, Gedung Pusat Penataran P4 dan akhirnya saat ini digunakan sebagai Gedung Kesenian Provinsi Sulsel.


Bangunan yang memiliki luas 55,7 x 42,5 meter ini, kini menjadi saksi sejarah yang tercatat dalam nomor register 343 yang dikeluarkan oleh Suaka Peninggalan Sejarah dan Purbakala Provinsi Sulawesi Selatan dan Tenggara.

"Gedung dengan denah membentuk huruf L ini telah mengalami beberapa kali tahap renovasi namun kalau diperhatikan tidak menghilangkan kekhasannya sebagai bangunan Eropa yang sarat akan sejarah," terang Dias.

Hasil pantauan CELEBESMEDIA.ID, tampilan gedung kesenian sekarang berbeda dari sebelumnya. Sekarang telah dilengkapi ruang pertunjukan lengkap dengan lighting, sound system, serta set panggung dan 204 kursi berjejer layaknya biokop.

Salah satu pengelola Gedung Kesenian Sulsel, Alam mengatakan, saat ini gedung kesenian lebih sering digunakan untuk menampilkan pagelaran seni budaya dan seni teaterikal budayawan oleh mahasiswa di Sulsel.

"Contohnya saja sekarang, banyak mahasiswa yang menggunakan gedung ini sebagai tempat menampilkan pagelaran seni atau pertunjukan. Kalau untuk masyarakat yang tanya terkait sejarahnya itu jarang karena sudah kental sebagai gedung seni," ujarnya.

Societeit de Harmonie masih memperlihatkan bangunan asli gedung yang terbuat dari bahan batu-bata, kayu, atap seng dan kaca sudah hampir tidak tampak lagi, kecuali bangunan depan yang menggunakan pilar-pilar besar dan menara tinggi.

Tag