CELEBESMEDIA.ID, Jakarta - Harga saham PT Vale Indonesia Tbk (INCO) terus melorot dalam 2 hari perdagangan terakhir. Bahkan dalam sebulan terakhir hingga Rabu ini (16/10/2019), saham emiten pertambangan nikel yang 20% sahamnya akan jadi milik pemerintah RI ini sudah amblas 4%.
Dirilis CELEBESMEDIA.ID dari CNBCIndonesia, data perdagangan Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat, pada penutupan sesi I, Rabu ini, saham INCO minus 2,45% di level Rp 3.590/saham dengan nilai transaksi Rp 47 miliar dan volume perdagangan 12,91 juta saham.
Dalam sebulan terakhir saham INCO amblas 4,01%. Koreksi harga saham INCO sebetulnya lebih disebabkan aksi jual bersih yang dilakukan investor domestik hingga Rp 46 miliar pada hari ini. Asing malahan masuk di saham INCO mencapai Rp 2 miliar di pasar reguler.
Sepekan terakhir asing juga mencatatkan net buy Rp 35 miliar di semua pasar setelah kabar divestasi 20% saham Vale menyeruak, kendati year to date saham INCO dilepas asing hingga Rp 386 miliar sejak awal tahun.
Senior Vice President PT Royal Investium Sekuritas, Jansen Nasrial menilai saham Vale dalam beberapa hari terakhir sudah mengalami kenaikan beruntun sehingga perlu ada koreksi sebagaimana lazimnya pergerakan harga saham secara teknikal. "INCO itu sudah 4 hari terakhir (termasuk pekan lalu) naik signifikan, jadi sudah top di level resistance (batas penahan atas) 3.970-3.980. Jadi kalau investor beli di bawah harga ini bisa profit taking (ambil untung)," kata Jansen, di Jakarta.
Dia mengatakan secara teknikal harga saham INCO akan turun di level 3.500-3.600 terlebih dahulu sebelum akhirnya naik kembali. "Jika kita bicara saham INCO dalam 2-3 hari ke depan, masih prospek, juga saham-saham metal seperti Antam (PT Aneka Tambang Tbk/ANTM)," katanya.
Sentimen utama pekan ini berkaitan dengan INCO ialah ditekennya perjanjian pendahuluan divestasi 20% saham Vale yang akan diambilalih oleh MIND ID. Divestasi sebesar 20% adalah salah satu kewajiban yang tertuang dalam Kontrak Karya (KK).
MIND ID merupakan brand baru yang resmi diperkenalkan untuk holding BUMN pertambangan yang sebelumnya bernama PT Indonesia Asahan Aluminium atau Inalum.
Selain itu, Vale menggandeng perusahaan asal Brazil untuk kerja sama dalam pengembangan smelter (pabrik pemurnian) nikel di Indonesia dengan nilai investasi mencapai US$ 5 miliar atau setara dengan Rp 70 triliun (asumsi kurs Rp 14.000/US$). Besaran nilai investasi jumbo itu masih didiskusikan antara kedua belah pihak untuk memperhitungkan porsi investasi masing-masing perusahaan.
Deputi Direktur Vale Indonesia Febriany Eddy mengatakan dana investasi yang disiapkan tersebut akan digunakan mengembangkan dua smelter baru, dan pengembangan satu smelter yang sudah ada.
Dua smelter yang akan dikembangkan yakni di Bahodopi, Morowali (Sulawesi Tengah) dan Pomalaa, di Kolaka, Sulawesi Tenggara. "Jadi ini kami ber-partner, jadi bukan Vale semuanya (investasi). Kami fokuskan untuk ekspansi. Di Bohodopi nanti ada mining dan smelter-nya, di Pomalaa juga ada smelter dan tambangnya," kata Febriany di sela-sela Forum Bisnis Indonesia Amerika Latin dan Karibia (Indonesia-Latin American and the Caribbean/lNA-LAC), di Jakarta, Selasa (15/10/2019) kemarin.