Rektor UIN Alauddin Kritik Metode Ceramah Agama - Celebesmedia

Rektor UIN Alauddin Kritik Metode Ceramah Agama

Rini - 16 June 2022 15:45 WIB

CELEBESMEDIA.ID, Makassar – Rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin Makassar, Prof, Hamdan Juhannis, MA, Ph.D melontarkan kritik atas metode dakwah (ceramah agama) yang kerap dijumpainya. Ia menilai, tidak tepatnya metode ceramah menyebabkan jamaah mengantuk sehingga tidak memetik manfaat dari materi yang disampaikan pendakwah.

Kritik Prof Hamdan disampaikan di depan sekitar 500 peserta Musyawarah Nasional (Munas) Forum Dekan Dakwah dan Komunikasi (Fordakom) ke-2 di Kampus UIN Alauddin, (16/6/2022). Munas tersebut juga dirangkaikan dengan Seminar Internasional bertajuk Literasi Dakwah Syekh Yusuf Al Makassary dengan pembicara dari lima Negara yaitu Indonesia, Thailand, Iran, Afrika Selatan, dan Brunei Darussalam.

“Dari kompleksitas keilmuan Fordakom harus mampu merumuskan respon atas tuntutan dan kebutuhan bagi lahirnya alumni fakultas dakwah dan komunikasi yang bisa tampil dengan membawakan dakwah yang disenangi masyarakat,” tandasnya saat menyampaikan pidato pembukaan munas.

Sepanjang pidatonya, Prof Hamdan tampak memukau hadirin. Beberapa kali, tepuk tangan meriah menyambut penghujung-penghujung kalimat yang dilontarkannya. Bahkan gelak tawa berulang kali bergemuruh dari para hadirin.  Selain dekan-dekan, ketua program studi dakwah dan komunikasi dari berbagai perguruan tinggi di Indonesia, serta mahasiswa, juga tampak hadir Syekh Sayyid Abdul Rahim Assegaf Puang Makka, Musryid Tarekat Khalwatiah Syekh Yusuf Al-Makassari.

Dengan berkelakar, Prof Hamdan menuturkan sebuah cerita di akherat nanti ada pendakwah yang protes malaikat lantaran lebih dahulu sopir pete-pete masuk surga ketimbang dirinya. Malaikat lalu memberi klarifikasinya bahwa sopir pete-pete karena sering ugal-ugalan sehingga penumpangnya semua terdorong mengucapkan Astagfirullah mengingat Allah. Sedangkan ada pendakwah yang justru membuat jamaahnya  hanya mengantuk.

Ia melanjutkan, pentingnya menghadirkan metode dakwah yang menarik merupakan persoalan serius. Prof Hamdan mengaku, telah merenungkan solusi dakwah yang tidak membuat jamaah mengantuk.

“Saya pernah ceramah ramadan tidak lebih 7 menit. Begitu selesai, para jamaah menyerbu dan mengucapkan bagus ceramahnya. Saya tanya apanya yang bagus. Mereka kompak menjawab karena pendek ceramahnya,” ujarnya disambut ledakan tawa hadirin.

Menurut Hamdan, beberapa pendakwah  tidak sadar telah melakukan penjajahan kognitif. Semua hal mau disampaikan, yang pada akhirnya tidak ada yang diterima baik oleh jamaahnya.

“Inilah yang menjadi tantangan metodologi dakwah kekinian. Apalagi, ketika kita berbicara tentang fakultas dakwah dan komunikasi maka persepsi orang pasti alumni jago ceramah,” tandasnya.

Tag