CELEBESMEDIA.ID, Makassar - Sekilas Pasar Sambung Nyawa dan Pasar Senggol sama seperti pasar tradisional lainnya di Makassar. Ada aktifitas jual beli dan tawar menawar.
Namun ada hal unik dari kedua pasar tersebut. Pasar ini ternyata berada di satu lokasi yakni Jalan Hati Murni, Kelurahan Tamarunang, Kecamatan Mariso, Kota Makassar. Menariknya meski berada di lokasi yang sama, namun keduanya memiliki banyak perbedaan dan cerita yang berbeda.
Saat pagi hari pasar ini bernama Sambung Nyawa. Nama unik yang menggambarkan keinginan para pedagang di sana. Mereka berharap dengan berdagang di pasar tersebut dapat mememenuhi kebutuhan untuk menyambung nyawa atau hidup mereka.
Belakang pasar yang berdiri sejak tahun 1970-an ini pun berubah nama menjadi Sambung Jawa. Nama ini diambil dari nama kelurahan pasar itu berada.
“Dulu memang pasar ini bernama Sambung Nyawa, karena cara sebutnya itu terlalu sulit dan dirasa kurang pas maka disebutlah Sambung Jawa sesuai dengan nama kelurahan. Tetapi setelah terjadi pemekaran, wilayah ini menjadi Kelurahan Tamarunang, Kecamatan Mariso” Ucap Mansyur Toto, Kepala Unit Pasar, Rabu (29/06/2022).
Pada malam hari, Pasar Sambung Nyawa atau Sambung Jawa berubah nama menjadi Pasar Senggol. Dinamai "Senggol" karena pasar ini ramai dikunjungi sehingga saling bersenggolan, maka dinamakanlah Pasar Senggol sejak dulu.
Kedua pasar ini memiliki jam operasional yang berbeda. Pasar Sambung Nyawa atau Sambung Jawa beroperasi dari pukul 08.00 hingga pukul 12.00 WITA, sedangkan Pasar Malam Senggol beroperasi dari pukul 17.00 hingga pukul 22.00 WITA dan dibuka setiap hari.
Tidak hanya jam operasional, jika dilihat dari jenis dagangan memang jauh berbeda. Pedagang di Pasar Malam Senggol rata-rata menjual pakaian, aksesoris, sepatu dan aneka jajanan. Sedangkan di Pasar Sambung Jawa rata-rata menjual bahan pokok seperti sayuran, ikan, dan rempah-rempah.
Begitupula dengan jumlah pedagang yang berbeda. Di Pasar Sambung Jawa ada 474 pedagang, sedangkan di Pasar Malam Senggol itu sekitar 400 pedagang.
“Karena Covid-19 dan banyak pedagang yang kekurangan modal sehingga yang aktif menjual di Pasar Sambung Jawa itu cuman 64 pedagang dan di Pasar Malam Senggol sekarang sekitar 300 pedagang yang aktif berjualan” ungkapnya.
Mansyur berharap agar pemerintah dapat membangun kembali Pasar Sambung Jawa dan bisa memperbaiki serta meningkatkan perekonomian masyarakat yang berjualan, tentunya dijamin dengan keamanan dan kebersihan agar para pedagang bisa nyaman berjualan.
Geliat besar di pasar ini cukup menjanjikan. Yuli salah satu pedagang sayur yang sudah berjualan sekitar 20 tahun di Pasar Sambung Jawa dan Pasar Malam Senggol mengatakan bahwa keuntungan saat menjual itu tidak menentu. Meski demikian penghasilan yang diperolehnya sudah mampu menghidupi keluarganya.
“Penghasilan saya saat menjual di Pasar Sambung Jawa dan Pasar Malam Senggol itu tidak menentu, penghasilan paling rendah itu sekitar Rp2 juta dan paling tinggi itu sekitar Rp3 juta per harinya,” Katanya.
Perputaran uang di pasar tersebut cukup besar. Misalkan rata-rata penghasilan pedagang di sana berkisar Rp2,5 juta per hari. Jika dikalikan dengan 364 pedagang yang berjualan di pasar tersebut, maka dalam sehari uang yang berputar di tempat itu sekitar Rp910 juta per hari atau kurang lebih Rp27,3 miliar dalam sebulan.
(Laporan: Wa Ode Nur Aziza dan Quiny Fatima Amin UMI )