CELEBESMEDIA.ID, Makassar – Setiap orang pastinya ingin
kehidupan rumah tangganya berjalan harmonis. Meski kehidupan awal pernikahan
terasa sangat menyenangkan dan dipenuhi cinta, tapi bukan berarti tidak ada
masalah yang mungkin terjadi di kemudian hari.
Psikolog Klinis, Marsha Tengker menjelaskan jika tiap pasangan akan mengalami beberapa fase dalam kehidupan pernikahan mereka, yang tentu saja tidak
hanya akan diisi dengan kebahagian tetapi juga ada konflik yang menguji
komitmen tetap bersama.
“Fase pertama memang seperti masa honeymoon, masih
cinta-cintanya, mau berduaan terus. Waktunya mungkin pada 1 hingga 2 tahun pernikahan. Namun setelah itu baru ke fase-fase selanjutnya misalnya fase kedua dimana kita
baru menyadari ternyata pasangan kita juga punya kekurangan yang biasanya
memunculkan konflik-konflik kecil. Lalu ke fase ketiga dimana kita mendapati
keinginan kita berbeda dengan yang diinginkan pasangan,” jelas Marsha yang
dikutip dari akun parentalk,id, Rabu (26/10/2022).
Lalu apa alasan mengapa 5 tahun pertama disebut sebagai masa
kritis, atau masa terberat dalam pernikahan?
Marsah menjelaskan dalam 5 tahun pertama pernikahan akan ada
fase dimana tiap pasangan dihadapkan pada realita . Sealin itu tiap pasangan juga
akan memikul tanggung jawab yang lebih besar sehingga masing-masing
dari mereka harus bisa mengesampingkan ego untuk menghindari konflik.
“Biasanya kita punya keninginan berbeda dengan pasangan.
Jadi rasanya kok ini beda banget nih. Ada banyak hal yang tidka bisa terpenuhi
dari pasangan , dan kita merasa harus saya yang penuhi. Pada fase ini sering
terjadi konflik,” lanjut Marsha.
Alasan lain 5 tahun pertama merupakan masalah sulit
pernikahan karena dari sisi praktek tiap pasangan harus belajar mengatur
keungan bersama, mengatur ritme rumah tangga dan saling berbagai tanggung
jawab.
Namun dari sekian banyak konflik, kunci untuk melalui masa
kritis di 5 tahun pertama pernikahan kata Marsha adalah komunikasi dan membuat
diri untuk tetap merasa nyaman.
“Kuncinya bagaimana kita bisa tetap tenang melewati itu
semua. Dan menyeimbangkan melewati rasa beratnya. Solusinya juga fokus ke diri
sendiri saat ada masalah besar harus
tetap lebih mengutamakan pada kenyamanan diri, sebab jika diri kita merasa
nyaman maka otak akan lebih bisa berpikir jernih,” tutupnya.