KOLOM ANDI SURUJI: Lampu Kuning Ekonomi Sulsel - Celebesmedia

KOLOM ANDI SURUJI: Lampu Kuning Ekonomi Sulsel

AS - 05 March 2025 19:53 WIB

PEREKONOMIAN Sulawesi Selatan sepertinya kurang bersahabat menyambut kepemimpinan Andi Sudirman dan Fatmawati Rusdi. Beberapa indikator, makro dan sektoral, menunjukkannya.

Pertumbuhan ekonomi, inflasi-deflasi, ekspor-impor, produksi gabah dan beras, luas panen padi, semuanya terkoreksi ke bawah. Ditambah lagi kebijakan nasional pemangkasan anggaran dan program nasional efisiensi bujet.

Perekonomian Sulsel secara kumulatif selama tahun 2024 terhadap 2023 mencatat pertumbuhan hanya sebesar 5,02 persen (c-to-c). Pertumbuhan ekonomi agaknya tertahan di triwulan-IV. 

Alasannya, dalam tiga bulan terakhir (Oktober-November-Desember) 2024, pertumbuhan ekonomi mengalami kontraksi sebesar 1,34 persen jika dibandingkan kinerja triwulan ketiga 2024.

Perekonomian Sulsel 2024 yang diukur berdasarkan besaran Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga berlaku mencapai Rp 696,25 triliun dan atas dasar harga konstan 2010 mencapai Rp 396,14 triliun.

Salah satu mesin pertumbuhan ekonomi ialah ekspor-impor. Akan tetapi, perdagangan internasional Sulsel mencatat kinerja yang buruk. Ekspor turun 27 persen, sementara impor anjlok sangat tajam 65 persen.

Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) Sulsel yang dirilis Senin (3/3/2025), nilai ekspor yang dikirim melalui pelabuhan pada Januari 2025 tercatat US$124,14 juta. 

Angka ini mengalami penurunan 27,17 persen bila dibanding ekspor pada Desember 2024 yang mencapai US$170,47 juta. 

Selanjutnya, nilai ekspor pada Januari 2025 turun 33,43 persen dari kondisi bulan yang sama tahun sebelumnya yang mencapai US$186,49 juta.

Pada sisi lain, nilai impor barang yang dibongkar lewat beberapa pelabuhan di Sulsel pada Januari 2025 mencapai US$49,68 juta. 

Angka ini mengalami penurunan 64,58 persen bila dibandingkan nilai impor Desember 2024 yang tercatat US$140,27 juta. Sementara itu, jika dibandingkan Januari 2024 (US$98,23 juta) nilai impor mengalami penurunan 49,43 persen.

Catatan itu belum berakhir sampai di sini. Sektor pertanian, khususnya tanaman pangan, pun kian melemah. Padahal sektor inilah basis perekonomi Sulsel.

Produksi beras, gabah, dan luas panen padi kian menurun, setidaknya dalam dua tahun tetakhir.

Produksi beras pada 2024 untuk konsumsi pangan penduduk mencapai 2,76 juta ton. Angka itu mengalami penurunan 33,26 ribu ton atau 1,19 persen dibandingkan produksi beras di 2023 sebanyak 2,80 juta ton.

Produksi beras tahun 2023 itu juga menurun dibandingkan tahun sebelumnya. Pada tahun 2022, produksi beras mencapai 3,08 juta ton. 

Penurunan produksi beras terkait dengan tren menurun produksi gabah dan luas panen padi. Penurunan produksi gabah maupun luas areal panen itu perlu dicermati. 

Ada kemungkinan penurunan areal panen padi terkait dengan areal tanam dan luasan lahan pertanian berupa sawah yang terkonversi untuk kebutuhan lain seperti perumahan dan lahan komersial lainnya.

Luas panen padi pada 2024 mencapai 0,95 juta hektare, mengalami penurunan sebesar 16,48 ribu hektar atau 1,70 persen dibandingkan luas panen padi di 2023 yang sebesar 0,97 juta hektar. Luas panen padi pada 2022 mencapai sekitar 1,04 juta hektar.

Sementara produksi padi pada 2024 yaitu sebanyak 4,82 juta ton gabah kering giling (GKG), mengalami penurunan sebanyak 57,96 ribu ton atau 1,19 persen dibandingkan produksi padi di 2023 yang sebanyak 4,88 juta ton GKG.

Produksi padi pada 2022 yaitu sebesar 5,36 juta ton GKG, mengalami kenaikan sebanyak 269,5 ribu ton atau 5,29 persen dibandingkan produksi padi di 2021 yang sebesar 5,09 juta ton GKG. 

Data ekonomi terakhir yang dirilis BPS, terjadi deflasi dua bulan terakhir. Ini perlu diwaspadai, jangan sampai deflasi terjadi lantaran semakin turunnya daya beli masyarakat.

Deflasi adalah kondisi dimana harga-harga barang dan jasa secara umum mengalami penurunan. Berkebalikan dengan inflasi, dimana harga-harga secara umum mengalami peningkatan, yang diukur dengan Indeks Harga Konsumen.

Dengan adanya kebijakan pemangkasan anggaran, termasuk transfer ke daerah, ditambah program efisiensi anggaran yang ada, tentu saja stimulus perekonomian akan menjadi melemah.

Indikator ekonomi, makro dan sektoral, yang berada di level bawah tersebut akan memudahkan mengangkatnya lebih baik. Diperlukan inovasi menggunakan anggaran yang ada, setidaknya untuk sekadar mempertahankan tingkat pertumbuhan ekonomi agar tidak lebih jeblok lagi.

Di sinilah tantangan pemerintah daerah di daerah Sulel yang dipimpin Sudirman-Fatma.

Tag