Ini Cerita Tentang Insting Warga Perumnas Antang Langganan Banjir - Celebesmedia

Ini Cerita Tentang Insting Warga Perumnas Antang Langganan Banjir

Bucek - 14 December 2021 22:40 WIB

CELEBESMEDIA.ID, Makassar - Bekas rendaman air di dinding rumah warga korban banjir Perumnas Antang, masih terlihat jelas. Sebagian warga sudah mulai membersihkan rumahnya.

Salah satu wilayah yang menjadi langganan banjir, yaitu Perumnas Antang Blok 8 dan Blok 10  Kecamatan Manggala, Makassar. Tinggi air di wilayah ini pekan lalu, setinggi satu meter lebih.

Di lokasi itu, tampak beberapa warga terlihat mulai membersihkan rumah mereka dari sisa banjir dan lumpur serta menjemur perabot rumah tangga yang sebelumnya terendam banjir.

Iksan (55) salah satu warga setempat yang ditemui CELEBESMEDIA.ID, Selasa sore (14/12/2021) di rumahnya mengakui saat bencana banjir melanda Perumnas Antang khususnya Blok 8 pada Senin (6/12/2021) lalu, tinggi air mencapai hidung orang dewasa.

Saat banjir terjadi, dia dan keluarganya serta warga di Blok 8 mengungsi ke Masjid Mutaqqien Perumnas Antang.

"Karena sudah rutin hampir tiap tahun kita dapat musibah banjir begini, kebetulan di area kami ini ada masjid yang lokasinya cukup tinggi jadi kami warga di sini rata-rata ngungsi di masjid," tuturnya.

Untuk mengamankan perabotnya, ia simpan di tempat yang dibuat khusus di bagian plafon rumahnya. Jika tanda-tanda banjir sudah ada, perabotan segera diamankan. 

"Kami di sini seperti ada insting kalau mau banjir. Misalkan got saya kering. Kalau air sudah mengalir berarti akan ada serangan banjir dari rawa-rawa yang berada di belakang rumah," ungkapnya.

Ia mengatakan bencana banjir yang terjadi di tempat tinggalnya tak selamanya diakibatkan oleh air hujan. "Jadi kita di sini tidak berpatokan dari hujan saja. Kadang tidak hujan, matahari terik, sering terjadi banjir juga. Airnya kemungkinan dampak dari dibukanya (pintu air-red) Bili-bili. Namun saya tidak bisa pastikan. Kami orang awam berpikirnya ke arah sana," ucapnya.

Pria 55 tahun ini juga mengaku telah bermukim atau menjadi warga di Perumnas Antang di blok 8 sudah 33 tahun sejak 1988.

Selama tinggal di Blok 8 dirinya mengaku pertama kali terdampak atau merasakan bencana banjir pada tahun 1993.

"Banjir pertama itu hanya sebatas mata kaki, kemudian terus naik sampai lutut, naik lagi sampai pinggang, pokoknya rutinitas itu sampai pinggang, standar itu (air sampai pinggang orang dewasa)," jelasnya.

Menurut pengalamannya, banjir terparah yang terjadi di Perumnas Antang terjadi pada 27 Januari 2019. Rumahnya terendam banjir hingga atap. Airpun paling cepat naik waktu itu. 

"Air bergerak (naik) saat itu setelah salat ashar, magrib sudah sampai di leher, itu paling cepat. Selain itu, biasanya air naik dalam waktu satu hari. Kita ada kesempatan ungsikan barang, tapi saat itu (2019) tidak ada. Langsung naik (banjir)," sambungnya.

Bahkan kata dia, saat itu ada beberapa kendaraan roda dua dan roda empat yang tenggelam yang sudah tidak bisa diselamatkan.

Dia mengakui tiap banjir terjadi kerusakan materil atau perabot sudah pasti ada. Tapi mau gimana lagi, perabot yang rusak ia tanggung sendiri. "Kalau kita harapkan dari pemerintah syukur-syukur kalau ada ganti rugi," cetusnya.

Meski demikian, Iksan menyatakan tiap banjir melanda, pemerintah dan dinas terkait pasti memberikan bantuan baik berupa sembako maupun tenda.

Saat ditanya, apakah tidak ada niat untuk pindah tempat tinggal sehingga ia dan keluarganya tak lagi merasakan dinginnya air banjir. Apalagi ia mengaku tiap tahun terdampak banjir.

Tidak. Ia enggan pindah karena dimana pun nantinya bermukim pasti akan terdampak banjir juga, sebab kata dia hampir seluruh wilayah Kota Makassar terdampak banjir meski ketinggian banjirnya berbeda-beda.

"Kan ini rumah sendiri. Kalau saya pindah ke tempat lain apakah tidak terjadi banjir juga? Mungkin jika saya pindah pada saat itu, belum banjir tapi beberapa tahun kemudian apakah tidak terjadi (banjir) seperti sekarang?. Banjir di Makassar sudah merata meskipun tingkat ketinggiannya berbeda," ucapnya.

Dia pun menceritakan beberapa tetangganya yang juga enggan pindah meski sudah langganan banjir.

"Orang yang dari dulu ngontrak di sini, dia sudah ngontrak berpuluh-puluh tahun di sini dan sudah tahu ini daerah banjir tapi ujung-ujungnya dia beli rumah di sini. Ada mungkin lima Kepala Keluarga (KK). Itu kan ngontrak sedangkan kita yang punya rumah sendiri pasti tetap disini," terangnya.

Di wilayah itu ada sebanyak 48 KK yang menjadi langganan banjir. Ia mengaku  ada juga beberapa warga yang ingin menjual rumahnya. Namun hingga saat ini belum laku sebab orang-orang tahu kalau Perumnas Antang merupakan wilayah langganan banjir.

"Banyak rumah kosong karena rata-rata rumah kontrakan saja. Kalau mau dijual ada kayak di sebelah (sambil menunjuk rumah tetangganya yang lokasinya pas satu tembok dengan rumahnya) sejak 2013 dia mau jual tapi orang tahu di sini lokasi banjir jadi orang berpikir mau beli rumah di sini, padahal banyak rumah yang mau dijual," bebernya.

Hampir tiap tahun merasakan bencana banjir, Iksan berharap pemerintah miliki langkah nyata dalam penanganan banjir di wilayahnya. "Harapannya kita kan bagaimana solusinya tidak banjir, minimal tidak tiap tahun," pintanya.

Meski begitu, ia juga sedikit pesimis terhadap pemerintah bakal berbuat nyata terkait solusi penanganan banjir tersebut. Sebab kata dia dari Gubernur Sulsel, wakil Gubernur dan Walikota Makassar hingga 

zamannya Menteri Permukiman dan Pengembangan Wilayah pada kabinet persatuan nasional, Erna Witoelar, Jusuf Kalla (JK) yang saat itu menjabat Wakil Presiden Republik Indonesia belum ada solusi sama sekali.

"Kalau cuman sekedar datang berkunjung kan sama saja, makanya kami berharap paling tidak meminimalkan lah. Kalau tuntaskan kemungkinan kecil itu," harapnya.

Dia pun menambahkan bahwa dulu jika banjir terjadi paling lama dua hari air sudah mulai surut namun kemarin empat hari baru surut.

Selain itu, ia juga mengungkapkan pada tahun 2020 banjir terjadi pada bulan Desember. Tahun 2021 ini terjadi sejak Januari, Maret April dan Desember. "Februari tidak (banjir) jadi sudah 4 kali di tahun ini," terangnya.

Terakhir, dia bilang, mendapatkan informasi dari BMKG bahwa tanggal 17 atau 18 Desember mendatang puncaknya hujan, sehingga ia kembali harus waspada jika terjadi bencana banjir.

"Kita dapat informasi begitu, benar atau tidak tapi kita antisipasi saja," tutupnya.

(Darsil Yahya)

Download aplikasi CELEBESMEDIA.ID di Appstore dan Playstore.

Follow dan Add juga Sosial Media CELEBESMEDIA.ID di Instagram, Twitter, Facebook & Youtube.

Tag