CELEBESMEDIA.ID, Poso - Presiden Joko Widodo (Jokowi)
meresmikan Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Poso Energy yang berkapasitas
515 Mega Watt (MW) di Poso, Sulawesi Tengah, dan PLTA Malea Energy dengan
kapasitas 90 MW di Tana Toraja, Sulawesi Selatan.
Presiden menyampaikan dengan kehadiran PLTA, maka akan
mendukung proses transisi penggunaan energi dari fosil ke energi hijau atau
baru dan terbarukan (EBT).
“Kita tahu sekarang global mendesak, mengajak,
men-support ke semua negara untuk menggeser pemakaian energi fosil untuk
masuk semuanya ke energi hijau,” kata Presiden Jokowi dalam peresmian yang
dilakukan di Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah, Jumat, sebagaimana disiarkan di
kanal Youtube Sekretariat Presiden.
Turut hadir dalam peresmian itu antara lain Wakil Presiden
ke-10 dan ke-12 RI Jusuf Kalla, Menteri BUMN Erick Thohir, Menteri ESDM Arifin
Tasrif, Menteri Sekretaris Negara Pratikno, dan Gubernur Sulawesi Tengah Rusdy
Mastura.
Presiden Jokowi mengatakan bukan pekerjaan yang mudah untuk
menggeser penggunaan energi fosil seperti batu bara ke energi hijau, karena
Indonesia sudah memiliki banyak Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) yang
mengandalkan batu bara.
Karena itu Presiden mengapresiasi pelaku industri yang turut
membangun sumber energi berbasiskan energi hijau dan EBT, seperti halnya dua
PLTA Poso Energy dan PLTA Malea Energy.
"Sekali lagi saya sangat menghargai, mengapresiasi apa
yang sudah dikerjakan Kalla Group, dalam hal
membangun hydropower (PLTA), baik yang ada di Sulawesi Tengah,
yang nanti juga akan selesai di Mamuju (Sulawesi Barat), dan di Kerinci, di
Sumatera Barat,” ujar Presiden Jokowi.
Presiden menjelaskan upaya transisi ke energi bersih
harus terus digencarkan. Indonesia sudah memiliki target yang disepakati secara
global untuk menurunkan emisi sebanyak 29 persen pada 2030, dan mencapai target
emisi nol atau net zero emission pada 2060.
“Target-target ini yang tak mudah dikejar karena memang
antara pertumbuhan permintaan, dan pertumbuhan listrik harus terus
diseimbangkan, jangan sampai ada kelebihan pasok dari PLN sehingga membebani
PLN,” jelas Presiden Jokowi.