CELEBESMEDIA.ID, Makassar - Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 23 Makassar yang terletak di Jalan Perintis Kemerdekaan, Kecamatan Tamalanrea, Kota Makasaar, sangat memprihatinkan dan butuh perhatian pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan (Sulsel).
Pasalnya, sejak sekolah itu dibentuk pada Juli 2021 oleh Dinas Pendidikan Sulsel. Para siswa dan siswi SMA Negeri 23 belum memiliki gedung sekolah sendiri dan hanya menumpang di area Gedung Growth Centre LLDikti Sulsel yang kondisinya tak layak pakai.
Dimana lantai 3 gedung tersebut yang awalnya akan digunakan sebagai ruangan proses belajar mengajar tampak rusak parah. Bahkan atap plafonnya sudah roboh dan membahayakan para siswa.
Koordinator Sarana dan Prasarana SMA Negeri 23 Makassar, Aris Titti mengungkapkan awalnya proses belajar mengajar berlangsung di Kantor Dinkes Sulsel, Jl Perintis Kemerdekaan, mulai Juni 2021 hingga pertengahan Januari 2022.
Setelah itu komite sekolah bersurat ke Pemprov Sulsel lewat LLDikti untuk menggunakan Gedung Growth Centre LLDikti Sulsel sebagai tempat proses belajar mengajar. Namun hanya lantai 2 dan 3 yang diserahkan untuk digunakan.
"Kami membawa anak-anak (siswa) kami ke sini, membenahi gedung ini yang begitu parah rusaknya. Awalnya kami disuruh tempati lantai 3, tapi lantai 3 rusak parah, bocor, plafonnya sudah ambruk. Namun kami hanya menempati lantai 2 itu pun kami sangat khawatir anak-anak kami terkena atap yang jatuh karena sangat berbahaya bagi nyawa anak-anak kami. Terus kalau hujan pasti bocor," bebernya.
Olehnya itu, Aris berharap kepada pemerintah pusat dalam hal ini Menteri Pendidikan Nadiem Makarim dan Pemprov Sulsel khususnya Gubernur memperhatikan SMA Negeri 23 Makassar.
"Kalau bisa dalam waktu tidak terlalu lama pembangunan gedung SMA Negeri 23 Makassar bisa dimulai. Apalagi akan ada penerimaan siswa baru yang mungkin kuotanya dari Dinas Pendidikan ada 6 kelas. Kira-kira dimana mau di tempatkan siswa baru itu?," ujarnya.
Adapun fasilitas yang saat ini ada di SMA Negeri 23 Makassar seperti perbaikan listrik, penyekatan ruang kelas, dan pengadaan AC serta kipas, merupakan sarana dan prasarana swadaya dari orangtua siswa.
Meski demikian, ia tak lupa berterima kasih kepada Pemprov Sulsel karena menyediakan sekolah SMA bagi anak-anak di wilayah Tamalanrea.
"Selaku orangtua siswa dan koordinator sarana dan prasarana SMA Negeri 23 menyampaikan terima kasih pemerintah yang telah membuka sekolah ini, menampung siswa yang ada di Kecamatan Tamalanrea dan sebagian dari Kecamatan Panakukkang dan Manggala," tandasnya.
Sementara Salfadilla Desyawalia murid Kelas 10 IPS 2 di sekolah itu ikut mengeluh sebab ia dan teman-temannya harus pindah-pindah tempat belajar dan belum memiliki gedung sekolah sendiri.
"Sebenarnya itu ada rasa nyaman dan tidaknya, kalau tidaknya itu kita sudah dua kali pindah-pindah gedung sekolah mulai dari gedung Disdik sampai ke sini. Terus bangunan (sekolah) di sini itu bukan milik kita (SMA 23). Kita masih numpang," keluhnya.
Lebih lanjut siswa 16 tahun itu menceritakan awalnya ia dan teman-temannya disuruh menempati gedung lantai 3 tapi kondisinya sangat tak layak pakai untuk proses belajar mengajar.
"Lantai 3 atapnya ambruk jadi kita dipindahkan ke lantai 2 supaya tidak ada korban," sebutnya.
Meski demikian, ia mengaku di ruang kelasnya di lantai 2 lumayan nyaman digunakan belajar sebab dipasangi AC hasil swadaya orangtua mereka. Meskipun kelas lainnya ada yang menggunakan kipas dan belum ada sama sekali.
"Terus juga masalahnya yang lain, nasib siswa baru di mana mau ditempatkan sebab kami saja yang ada saat ini masih pinjam gedungnya. Jadi kami tidak tahu adik kelas kami kelasnya di mana nanti (belajar)," cetusnya.
Siswi yang kerap disapa Salfa itupun berharap Pemprov Sulsel segera membangunkan gedung sekolah yang layak bagi mereka untuk belajar.
"Harapan kami semoga segera memiliki gedung baru supaya kita tidak numpang-numpang lagi. Semoga Pak Gubernur juga segera membantu atau merespon kami bahwa SMA 23 itu ada dan kami butuh gudang sendiri," pintanya
SMA 23 Makassar menampung 217 orang peserta didik dengan rincian laki-laki 95 orang dan perempuan 122 orang. Dengan pembagian kelas IPA 3 kelas dan IPS 3 kelas. Sementara guru tetap atau berstatus PNS 7 orang dan guru honorer 15 orang.
Laporan : Darsil Yahya