CELEBESMEDIA.ID, Makassar - Negosiasi gencatan senjata antara Hamas dan Israel berakhir buntu. Hamas yang sebelumnya menyampaikan akan mempelajari proposal negosiasi gencatan dari Israel telah mengeluarkan pernyataan resmi.
Hamas tegas menolak proposal gencatan senjata. Alasannya isi dari proposal itu mensyaratkan semua kelompok bersenjata di Jalur Gaza "menyerah" kepada Israel.
Kelompok ini menuduh Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu sengaja menggagalkan upaya gencatan dan mengakhiri perang yang telah berlangsung 18 bulan.
Pejabat senior Hamas, Sami Abu Zuhri, mengatakan kepada Al Jazeera Arab mempertegas alasan penolakan kelompoknya
" Terbuka untuk semua tawaran yang meringankan penderitaan rakyat kami." Namun, proposal terbaru Israel justru memaksa rakyat Palestina setuju untuk "menyerah."
"Netanyahu menetapkan syarat-syarat mustahil untuk menggagalkan kesepakatan gencatan senjata," kata Abu Zuhri seperti dikutip Middle East Eye.
"Dalam proposal terbarunya, pihak pendudukan (Israel) tidak berkomitmen untuk menghentikan perang sepenuhnya—mereka hanya ingin mendapatkan tawanan mereka. Kami siap melepaskan semua tawanan, baik yang masih hidup maupun yang telah meninggal, sekaligus sebagai ganti penghentian perang dan penarikan pasukan dari Jalur Gaza," tandasnya.
Proposal gencatan senjata Israel mengusulkan masa tenang selama 45 hari dengan pembebasan bertahap semua tawanan Israel.
Proposal 12 poin itu menyatakan bahwa separuh tawanan Israel harus dibebaskan dalam minggu pertama sebagai syarat agar bantuan makanan dan kebutuhan dasar bisa masuk ke Jalur Gaza yang hancur akibat perang.
Selama lebih dari enam pekan, Israel menolak mengizinkan pasokan penyelamat hidup, termasuk makanan, obat-obatan, bahan bakar, dan minyak goreng, masuk ke Jalur Gaza.