TAHAPAN kampanye sudah hampir selesai. Debat Publik pun sudah dua kali dilaksanakan. Bertajuk debat, tetapi tanpa perdebatan. Keras beradu gagasan, saling bantah, berdasar fakta, data, logika dan etika.
Itu namanya debat sesungguhnya. Debat Pilkada versi KPU, lebih mirip penyampaian visi, misi, dan program kerja. Tetapi harus diterima. Level debat pilkada kita masih pada tahap itu.
Masyarakat kini menunggu hari pelaksanaan pencoblosan di tempat pemungutan suara (TPS) sebagai puncak demokrasi Pilkada Makassar. Memilih walikota dan wakil walikota. Menentukan arah perjalanan pemerintahan dan pembangunan Kota Makassar, setidaknya untuk lima tahun kedepan.
Masyarakat tentu menyimak, mencermati, sepak terjang dan janji-janji kampanye para calon. Kini saatnya merenungkan kembali semua itu, sebelum menjatuhkan pilihan secara sah di TPS.
Dari empat pasang calon, saya menilai dan merekomendasikan Munafri Arifuddin-Aliyah Mustika (MULIA) sebagai pasangan paling ideal memimpin Kota Makassar. Ada banyak faktor dan catatan masa lalu (track record) keduanya yang mendukung penilaian dan pilihan itu.
Mereka adalah sosok-sosok yang bersih, jujur, religius, berdedikasi tinggi, tanpa terdengar cela dan celah untuk tidak memilih MULIA. Sikap dan karakter pemimpin yang semakin terkikis dan degradasi belakangan ini
Kesungguhannya memajukan kesejahteraan umum di Kota Daeng ini tidak diragukan. Selama ini mereka bekerja di bidang yang digelutinya dengan sepenuh keikhlasan. Jauh dari pencitraan yang manipulatif sebagaimana terlihat selama ini.
Munafri bergelut dalam dunia korporasi swasta yang banyak diberi tanggung jawab berurusan dengan pemerintahan. Dia paham lika-liku birokrasi pemerintahan. Tahu lobang-lobang yang harus ditutup.
Appi, nama panggilan Munafri, juga mengerti kepentingan bisnis dan pebisnis di Makassar yang harus diperjuangkan. Demikian juga posisi Makassar sebagai hub dan simpul maupun jembatan antara wilayah timur dan barat Indonesia. "Menyala" jika dia diberi peluang memimpin Makassar.
Sementara Aliyah pernah menjadi First Lady Kota Makassar, ketika suaminya Arif Ilham Sirajuddin menjabat Walikota Makassar. Sebagai Ketua Tim Penggerak PKK, urusan kesejahtetaan keluarga, perempuan, anak, pasti sangat dipahaminya.
Sebagai mantan Anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI, tentu ia sangat paham bagaimana memperjuangkan hak-hak rakyat. Dijalaninya dengan baik dan tulus. Aliyah adalah sahabat dan bagian kaum perempuan, "The Power of emak-emak".
Selain itu mereka berdua memahami kondisi riil masyarakat dan warga Makassar. Dari balita hingga lansia, terutama generasi milenial dan gen z yang mendominasi populasi warga Makassar.
Karena itu mereka tahu persis ke arah mana pembangunan dilaksanakan untuk meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan warga Kota Makassar. Lihatlah program strategis mereka. Jelas dan terang. Memajukan kesejahteraan, dan menekan biaya hidup warga dan keluarga.
Itulah secuil dasar penilaian saya sehingga merekomendasikan pasangan nomor urut 1 (satu) ini. Tentu banyak lagi faktor lain.
Sama dengan pendapat umum yang direpresentasikan dengan hasil setiap survei yang selalu tinggi di atas calon lainnya, kini "wattunami" (tibalah saatnya) Appi bersama Aliyah diberi kesempatan oleh warga Makassar.
Dan yang paling penting, jangan ada pihak dan oknum yang coba mengakali dan meng-kadal-i suara rakyat. Terutama bagi semua pihak yang berkewajiban menjaga netralitas, dan menjaga suara rakyat.
Dengan memelihara netralitasnya, berarti mereka telah ikut menjaga demokrasi yang bersih, jujur, dan bermartabat. Kalian bisa lolos dari hukum dunia jika berlaku curang dan culas. Akan tetapi, pertanggungjawaban moral di hari kebangkitan kelak sungguh jauh lebih berat.
Ingat ki nah...! Suara rakyat suara tuhan. Fox populi fox dei. Jangan ki coba-coba ganggu. Tabe'...!