CELEBESMEDIA.ID, Makassar - Ekonom, Wijayanto Samirin mengungkapkan krisis global yang juga melanda Indonesia saat ini berbeda dengan krisis-krisis sebelumnya.
Krisis kali ini tidak disebabkan oleh assets bubble atau terjadinya peningkatan harga aset secara ekstrem tanpa dukungan fundamental ekonom. Namun Krisis kali ini dosebabkan oleh faktor multidimensi, termasuk pandemi, global warming, geopolitik dan kelemahan sistim keuangan global. Sehingga berpotensi lebih panjang dan lebih destructive daripada krisis 2008 atau pun 1998.
Melihat kondisi ekonomi saat ini, Wijayanto Samirin meminta agar segala pihak berkolaborasi untuk segera mengantisipasi hal tersebut.
"Indonesia tidak boleh terlambat mengantisipasi, dan ini bukan saja tanggung jawab pemerintah pusat, tetapi juga pemerintah daerah dan dunia bisnis," kata Wijayanto Samirin kepada CELEBESMEDIA.ID, Sabtu (1/10/2022).
Pria yang pernah menjadi Staf Khusus Wakil Presiden RI bidang Ekonomi dan Keuangan ini pun mengungkapkan dengan diadakannya CEO Business Forum bisa menjadi upaya konkrit untuk bangkit memulihkan ekonomi.
"Tidak saja untuk mampu bertahan, tetapi juga untuk menjadikan krisis sebagai kesempatan untuk berbenah dan memperbaiki daya saing," ucapnya.
Dia pun berharap dengan kondisi tersebut, Pemprov Sulsel dan para CEO di Sulsel menyiapkan antisipasi, untuk mengantasi skenario terburuk yang mungkin muncul akibat krisis.
Salah satu dampak terburuknya kata dia adalah inflasi tinggi yang berlangsung lama menyebabkan daya beli masyarakat akan tergerus dan jatuh miskin.
Menurutnya program pengembangan ekonomi rakyat, melalui penguatan UMKM perlu didorong, tidak terbatas pada dukungan permodalan, tetapi juga membangkitkan pasar bagi mereka dan mempermudah perizinan perlu dilakukan.
"Krisis global ini juga akan membuat ketergantungan pada minyak bumi sebagai pilihan berisiko, ini momentum bagi konversi menuju mobil listrik dengan sumber energi beragam," imbuhnya.
"Sebagai produsen dan eksportir nikel yang merupakan bahan baku battery mobil listrik, Sulsel perlu ambil manfaat dengan lebih mendorong hilirisasi dan terlibat di dalamnya," tandasnya.
Tak hanya itu, Wijayanto mengatakan akses masyarakat terhadap bahan pangan yang terjangkau perlu dijaga, dengan memperbaiki efisiensi rantai suplai, informasi asimetri terkait harga dan ketersediaan perlu dibangun, dengan pendekatan teknologi.
"Sehingga rakyat tidak menjadi korban para pencari rente," tukasnya.
Lebih lanjut dijelaskan, Pulau Sulawesi atau khususnya Sulsel, selain fokus pada langkah defensive untuk bertahan dari krisis, juga harus menyiapkan langkah yang lebih outward looking, dengan menjadikan krisis sebagai momentum perubahan.
"Sulsel dan Makassar perlu lebih berani tampil di tingkat regional, sebagai kota maju kelas dunia dan hubungan ekonomi, di luar area tradisionalnya selama ini yaitu ekonomi berbasis komodoti, Sulsel/Makassar punya banyak potensi di luar itu," kata Wijayanto.
CEO Business Forum 2022 merupakan forum bisnis terbesar yang menghadirkan ratusan CEO perusahaan. Kegiatan ini rencananya akan dihelat di Saoraja Wisma Kalla, Jalan Jend Sudirman Makassar, Selasa (4/10/2022) mendatang.
Laporan : Darsil Yahya