CELEBESMEDIA.ID, Makassar - Nilai tukar dolar AS ke rupiah pada hari ini berada di angka Rp15.550 yanv terupdate pukul 16.05 WITA dengan penurunan -043% dibandingkan dengan nilai Rupiah pada Senin kemarin (16/09) pada salah satu money changer di Makassar, Selasa (17/09/2024).
Selama seminggu terakhir, nilai dolar AS terbilang relatif stabil, Menurut pihak BMC Makassar, Emy, nilai tukar dolar AS ke rupiah berfluktuasi antara tinggi Rp15.450 dan terendah Rp15.328.
"Nilai tukarnya terbilang masih stabil selama sepekan, berkisar diangka Rp15.450 untuk paling tingginya, dan paling rendah Rp15.328," jelasnya.
Nilai tukar di setiap money changer memiliki market yang berbeda-beda, misalnya saja di BNI Valuta Asing kurs dollar USD terhadap rupiah ditutup diangka Rp15.505, sementara untuk di Bank Mandiri ditutup diangka Rp15.450.
Meski demikian, tak dapat dipungkiri nilai tukar rupiah semenjak Agustus, kian membaik dan cukup stabil.
Namun, jika menilik jejak-jejak pergerakan kurs dollar terhadap rupiah selama beberapa bulan terkahir di periode Januari - September 2024, nilai rupiah dapat dikategorikan salah satu yang terkuat pada Agustus dan September ini.
Berdasarkan catatannya, per 25 Januari 2024, nilai tukar rupiah berada di level Rp 15.820/USD. Lalu pada 8 Maret 2024, rupiah kembali perkasa dengan mengalami penguatan signifikan ke level Rp 15.585/USD.
Pada 16 - 19 April 2024, ini menjadi periode perdana yang terburuk bagi nilai tukar rupiah terhadap USD, untuk pertamakalinya sejak tahun 2020, nilai tukar rupiah melemah ke level Rp 16.250/USD.
Hal tersebut menurut pengamat Ekonomi, Firman Menne di picu oleh ancaman geopolitik global, setelah pejabat AS mengonfirmasi Israel meluncurkan serangan ke Iran. Selain konflik Israel, rupiah juga melemah karena ekspektasi pemangkasan suku bunga oleh bank sentral AS yang semakin melemah.
Kemudian pada 14 Juni 2024, nilai tukar rupiah kembali melemah ke level Rp 16.375 / USD setelah AS mengumumkan inflasi melandai ke 3,3% (yoy) pada Mei 2024, dari 3,4% (yoy) pada April.
Tekanan terhadap rupiah juga datang dari pasar saham Indonesia yang terus mencatat net sell akibat aksi profit taking dan repositioning portofolio fund manager ke kawasan lain yang lebih menarik seperti China dan India.
Selain itu, pembayaran dividen dan impor Bahan Bakar Minyak (BBM) turut menambah tekanan terhadap rupiah.
Laporan: Riski