CELEBESMEDIA.ID, Makassar - Kisah sedih perekonomian
Sulawesi Selatan semakin nyata menyayat, dan harus menjadi perhatian serius
pemerintah.
Sulsel yang dikenal dengan lumbung dan pemasok pangan,
terutama beras, ke hampir seluruh provinsi di nusantara mesti berbenah.
Betapa tidak. Sulsel yang dahulu selalu mencatat pertumbuhan
ekonomi lebih tinggi dari rata-rata kinerja perekonomian nasional kini harus
mengurut dada.
Menurut data yang dirilis Badan Pusat Statistik (BPS)
Sulsel, Senin (6/5/2024) lalu, ekonomi Sulawesi Selatan triwulan I-2024
terhadap triwulan sebelumnya mengalami kontraksi pertumbuhan sebesar -4,63
persen (q-to-q) alias minus mengkerut.
Dari sisi produksi, Lapangan Usaha Pertanian, Kehutanan dan
Perikanan memang masih mengalami pertumbuhan tertinggi sebesar 8,81 persen.
Akan tetapi, dari sisi pengeluaran, Komponen Pengeluaran Pemerintah (PK-P)
mengalami kontraksi pertumbuhan terdalam sebesar -49,73 persen.
Kondisi itu jelas menggambarkan dan menegaskan pernyataan Pj
Gubernur Sulsel Bahtiar Baharuddin yang dilontarkan dalam berbagai kesempatan
dan diberitakan media bahwa keuangan Pemprov bangkrut, dan banyak utang yang
sulit terbayar.
Berdasarkan besaran Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
atas dasar harga berlaku, perekonomian Sulawesi Selatan triwulan I-2024
mencapai Rp161,21 triliun dan atas dasar harga konstan 2010 mencapai Rp92,04
triliun.
PDRB pada dasarnya merupakan jumlah nilai tambah yang
dihasilkan oleh seluruh unit usaha dalam suatu daerah tertentu, atau merupakan
jumlah nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi
pada suatu daerah.
Ekonomi Sulawesi Selatan triwulan I-2024 terhadap triwulan
I-2023 mengalami pertumbuhan sebesar 4,82 persen (y-on-y).
Dari sisi produksi, Lapangan Usaha Jasa lainnya mengalami
pertumbuhan tertinggi sebesar 18,30 persen.
Dari sisi pengeluaran, Komponen Pengeluaran Konsumsi Lembaga
Nonprofit yang Melayani Rumah Tangga (PK-LNPRT) mengalami pertumbuhan tertinggi
sebesar 47,87 persen.