CELEBESMEDIA.ID, Makassar - Sekretaris DPP Apindo Sulsel
Yusran IB Hernald mengungkapkan pelemahan rupiah saat ini dikarenakan dana
asing di pasar uang menarik investasi ke luar negeri.
Bahkan menurutnya hal ini bukan cuma di Indonesia saja tapi
terjadi dibeberapa negara Asian seperti India, Malaysia, Thailand dan Korea.
"Hal tersebut
terjadi karena ada kekhawatiran investor terhadap resesi ekonomi dan inflasi
yang tinggi," kata Yusran IB Hernald kepada CELEBESMEDIA.ID, Kamis
(7/7/2022).
Akibatnya melemahnya rupiah, lanjut Yusran menjadikan dollar
Amerika makin kuat. Bahkan hal tersebut tidak terlepas dari kondisi perang
Rusia dan Ukraina dimana pasokan minyak, gandum dan gas terjadi pembatasan
ekspor bahkan menutup ekspor ke negara-negara Eropa.
"Khusus bagi kita Indonesia dengan kuatnya dollar
terhadap rupiah mengakibatkan meningkatnya inflasi di sektor impor khususnya
minyak dan bahan makanan yang diimpor," tuturnya.
Dia juga menambahkan selain inflasi dampak lain dari
melemahnya rupiah adalah bisa melemahkan daya beli masyarakat akibat harga
barang yang naik.
"Kita harus kurangi impor bahan makanan seperti gandum,
garam, beras dan bahan baku lainnya dan meningkatkan ekspor karena dengan harga
bahan ekspor akan meningkat dengan kuatnya dollar," tandasnya.
Diberitakan sebelumnya, nilai tukar atau kurs mata uang
Indonesia, rupiah terus menunjukkan kinerja yang melemah terhadap mata uang
asing.
Pada perdagangan valuta asing di pasar valas, Rabu
(6/7/2022), kuotasi kurs tercatat menembus lagi Rp 15.000 per dollar Amerika
Serikat. Persisnya, pada posisi angka Rp 15.021,25 per satu dollar AS.
Menurut penelusuran CELEBESMEDIA.ID, kurs mulai mengincar
angka psikologis 15 ribuan sejak Senin (4/7/2022).
Namun rupiah kembali menguat di hari berikutnya, sehingga
bertengger pada angka 14.900-an.
Menurut berbagai kalangan, pelemahan rupiah disebabkan
berbagai faktor global. Terutama sikap para pemodal yang mencari penempatan
dana pada aset yang relatif aman, seperti dollar AS.
Laporan : Darsil Yahya