CELEBESMEDIA.ID, Makassar - Deputi Direktur BI Sulsel,
Febrina mengaku perekonomian Indonesia berdasarkan besaran Produk Domestik Bruto
(PDB) akan tumbuh sesuai rencana.
"Tadi disebutkan pertumbuhan ekonomi 5,1 persen sampai
5,4 persen sementara untuk Sulawesi kami juga optimistis," kata Febrina saat
menjadi narasumber di CEO Business Forum (CBF) 2022 di Saoraja Wisma Kalla, Jalan
Jenderal Sudirman, Makassar, Selasa (4/10/2022).
Febrina mengatakan pertumbuhan ekonomi Sulsel tumbuh 5,18
persen (yoy) pada triwulan II 2022 lebih tinggi dibandingkan triwulan
sebelumnya yang tumbuh 4,28 persen (yoy).
"Hal itu didorong oleh pelonggaran pembuatan Industri,
sektor pertanian mendominasi perekonomian Sulsel pada triwulan II diikuti oleh
sektor perdagangan dan manufaktur," ungkapnya.
Lebih jauh dijelaskan, saat ini ia melihat volume
perdagangan dunia juga tetap rendah. "Kalau perdagangan dunia penjualan
eceran global lihat grafiknya sudah stay, naiknya tidak terlalu tinggi tapi
sudah stay. Ini sebagai respon yang saat ini terjadi," sebutnya
Kemudian, kata Febrina indeks ketidakpastian global masih
cukup bergejolak. Sementara di nasional ia melihat konsumsi swasta mengalami
kenaikan pendapatan.
Serta didukung juga kebijakan pemerintah menjaga daya beli
dan pembiayaan kredit yang masih bagus.
"Meningkat dari sebelumnya kemudian mobilitasnya juga
sangat baik, penjualan eceran kita lihat terutama untuk sandang makanan minuman
grafiknya tinggi," tuturnya.
Terkait nilai tukar rupiah, Febrina meminta agar jangan
khwatir mengenai pergerakan rupiah. Pihaknya berharap masyarakat agar percaya
sama BI.
"Kita akan menjaga rupiah tidak terlalu bergejolak.
Masih sesuai fundamentalnya jadi kita lihat angkanya dan kita bandingkan
pergerakan rupiah negara peers tidak terlalu dalam penurunannya,"
tandasnya
Kemudian, kata Febrina, kita lihat juga dari ketahanan
sistem keuangan sangat baik, kemudian pertumbuhan kredit pihak ketiga secara nasional
kita lihat 7,77 persen.
Dia mengungkapkan cuma kalau dilihat lebih dalam sebenarnya
DPK perseorangan jauh melambat. Hal itu bisa jadi shifting investasi jadi tidak
lagi keperbankan jadi shiftnya ke investasi yang lain.
"Jadi karena konsumsinya tinggi masyarakat belinya chas
apalagi mulai pulih dari pandemi sehingga DPKnya turun," ujar Febrina.
Soal peningkatan BI rate, Febrina menjelaskan Bank Indonesia
akan melihat dua sisi sebelum meningkatkan bunga.
"Kita lihat sebenarnya kemarin market itu sudah meminta
BI naik, tapi belum kita kasi naik. BI itu tidak bisa seperti itu, harus
melihat kondisi dulu, ekonomi ini butuh waktu untuk pulih sehingga kita tahan
dulu nanti kalau misalnya harga mulai naik BI dan juga mulai naikkan bunga maka
perekonomian akan lambat bergerak," pungkasnya.
Laporan: Darsil Yahya