CELEBESMEDIA.ID, Makassar - Bea Cukai merupakan bagian dari
unsur P4GN selain berperan dalam pengecekan atau pemberantasan narkoba yang
berasal dari luar negeri, Bea Cukai juga berperan serta dalam pemberantasan
peredaran narkoba dari dalam negeri sebagai bentuk dukungan kerjasama dengan
BNN.
Hal itu diungkapkan oleh Kepala Seksi Narkotika Kanwil Bea
Cukai Sulbagsel, Agung kepada CELEBESMEDIA.ID saat ditemui di Kantor Kanwil Bea
Cukai Sulbagsel, Jalan Satando, Kecamatan Wajo, Kota Makassar, Selasa
(30/8/2022).
Agung mengatakan, meski Bea Cukai dan BNN bekerjasama namun
pihak BNN tetap yang utama melakukan penyidikan sampai penahanan dan penanganan
barang bukti.
Bea Cukai hanya memberikan dukungan seperti data atau
informasi, personil, ataupun sarana dan prasarana yang dimiliki untuk digunakan
bersama dengan BNN.
"Jadi intinya adalah sinergi, kami berikan dukungan apa
yang bisa kami lakukan dalam rangka memerangi narkoba," ujarnya.
Agung menuturkan, adapun bentuk dukungan yang konkret selama
ini yang sudah terjalin adalah dukungan personel.
"Jadi memang sesuatu kewenangan kami, misal untuk
(narkotika) yang berasal dari impor kami yang istilahnya maju di depan kemudian
setelah ada informasi awal baru dikerjasamakan dengan pihak BNN,"
bebernya.
Sebagai contohnya, kata Agung, tahun lalu ada juga
pengungkapan 93 Kg sabu, itu sarana yang digunakan adalah patroli milik Bea
Cukai yang berada di Pelabuhan Pantoloan, Palu, Sulawesi Tengah.
"Pangkalan kapalnya ada di sana, itu operasi bersama BNN
RI dan BBNP dan juga Bea Cukai Pusat dan Bea Cukai sini (Sulbagsel) pokoknya
melibatkan banyak satuan kerja, Alhamdulillah hasilnya 93 Sabu Kg itu
mengerahkan 2 kapal Patroli Bea Cukai yang ukuran 30 meter," terangnya.
Lebih lanjut dijelaskan, selain narkotika jenis sabu pihak
Bea Cukai juga menemukan narkotika jenis ganja dan tembakau gorila.
"Kalau impor itu kebanyakan sabu yah, tapi untuk yang
lokal, awal tahun kemarin yang banyak itu tembakau gorila, namun beberapa bulan
belakangan ini bergeser ke ganja, sementara ini ganja sebagai kita ketahui
berasal dari daerah Sumatera dan mungkin juga di sini pasarnya ada jadi ada
beberapa kali kami bersama BNN menggagalkan peredaran ganja tersebut,"
ungkapnya.
Agung mengungkapkan mayoritas narkotika impor itu berasal
dari kawasan Golden Triangle atau kawasan peredaran narkoba di bagian utara
Asia Tenggara yang meliputi Thailand, Myanmar dan Laos. Selain itu, lanjutnya,
ada yang dari Timur Tengah. Namun untuk narkotika dari kawasan Timur Tengah
belum masuk ke Sulsel.
"Tidak masuk Sulsel hanya banyak masuk di wilayah
pesisir Jawa. Kalau tidak salah terakhir itu bulan Juni digagalkan peredaran 1
ton sabu, itu diindikasikan dari daerah Pakistan atau Afganistan,"
tuturnya.
"Harapan saya sih gak adalah yang masuk di sini
(Sulsel) meskipun faktanya sabu tetap ada, cuman asalnya mungkin sementara
didominasi masih dari Cina atau Golden Triangle," sambungnya.
Pihaknya pun terus berupaya semaksimal mungkin untuk menekan
peredaran narkotika di Sulawesi Selatan. Salah satunya pada 1 Agustus lalu Bea
Cukai ikut terlibat dalam operasi bersinar berantas sindikat narkoba.
Bentuknya, semacam ekstra effort atau salah satu contoh
pihak Bea Cukai yang sudah lakukan adalah membawa anjing pelacak milik BNN
untuk melakukan pelacakan di terminal kedatangan Internasional Sultan
Hasanuddin.
"Kebetulan di Makassar ini baru ada 1 penerbangan dari
Kuala Lumpur, kami melakukan kerja sama dengan BNN itu sebagai salah satu
ekstra effort Bea Cukai untuk mengurangi atau mencegah penyelundupan narkoba
yang berasal dari luar negeri kalau dalam bentuk kerja sama dengan BNN yah itu
tadi kami full support terhadap kegiatan pemberantasan narkoba yang dilakukan oleh
teman-teman BNN," tutupnya
Laporan: Darsil Yahya