CELEBESMEDIA.ID: Makassar - Tantrum pada anak merupakan salah satu bentuk ekspresi emosional yang sering kali terjadi. Tantrum bisa dianggap sebagai perilaku buruk oleh sebagian orangtua. Perilaku ini dapat ditandai dengan anak tidur di lantai, meronta-ronta, berteriak, dan menahan napas saat merasa marah.
Tantrum sebenarnya adalah perilaku yang alami pada anak, terutama pada anak yang belum bisa mengungkapkan rasa frustrasinya dengan kata-kata. Tantrum bisa terjadi karena beberapa sebab seperti lapar, ngantuk, sakit, keinginannya terhalangi, orang tua salah merespon kebutuhan anak, diserang atau dikritik, dirampas permainannya atau bertemu dengan orang asing dan beberapa sebab lainnya.
Pola pengasuhan yang tidak konsisten juga berkontribusi besar terhadap perilaku tantrum pada anak. Terlalu memanjakan dan menuruti keinginan anak bisa memperburuk perilaku ini. Oleh karena itu, orang tua harus merespon perilaku tantrum anak secara tepat dan proporsional, sebab jika salah dalam memberikan perlakuan akan berdampak negatif terhadap perkembangan anak.
Anak yang aktif dengan energi berlimpah dan sulit menyesuaikan diri dengan situasi baru cenderung lebih mudah mengalami tantrum. Kebanyakan tantrum terjadi di tempat dan waktu tertentu, biasanya di tempat-tempat publik setelah mendapatkan kata “tidak” untuk sesuatu yang mereka inginkan.
Tantrum biasanya mulai terjadi pada saat anak mulai membentuk sense of self, yaitu pada usia 2-4 tahun. Pada usia ini, anak sudah memiliki perasaan “me” dan “my wants”, tetapi belum memiliki keterampilan yang memadai untuk memuaskan keinginan mereka secara tepat.
Perilaku tantrum memang sering kali terjadi pada anak, namun tidak perlu membuat orangtua terlalu risau. Yang terpenting adalah bagaimana orangtua atau pengasuh mengontrol emosi dan mengambil tindakan yang tepat dalam mengatasi perilaku tantrum anak.***