CELEBESMEDIA.ID, Makassar - Prevalansi angka stunting Sulsel menurun di tahun 2025 ini. Berdasarkan Hasil Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) data terbaru menunjukkan prevalansi stunting di Sulsel menurun menjadi 23,32 persen dari yang sebelumnya 27,42 persen di tahun 2024. Terjadi penurunan 4,1 persen.
Hal ini diungkapkan Kepala Dinas Kesehatan Sulsel, Ishaq Iskandar. Ia juga menjelaskan jika dalam upaya penurunan stunting tidak hanya melibatkan stakeholder tetapi Pemprov Sulsel menggandeng beberapa pihak lain terkait diantaranya Jenewa Institute dan United Nations Childrens Fund (UNICEF).
"Prevalansi stunting Sulsel turun tahun ini dari 27,42 persen ke 23,32 persen. Sebagai upaya pecepatan penurunan prevalansi stunting, kita juga akan memberikan reward bagi orang tua yang berhasil mengantarkan anaknya bebas stunting berupa dana stimulan Rp1 juta per anak," jelas Kadinkes Sulsel saat menjawab pertanyaan media dalam dialog interaktif gizi dan pencegahan stunting, di Hotel Grand Town Makassar, Kamis (17/4/2025).
"Alhamdulillah, dengan kolaborasi semua elemen, kita mulai melihat hasil yang positif. Target ke depan, kita berharap bisa turun hingga di bawah 20 persen, bahkan mendekati 18 persen,” lanjutnya.
Kadinkes Sulsel juga menjelaskan dana stimulan ini akan menarget 25 anak pada 21 desa yang ada di Sulsel dengan anggaran yang telah terencana.
"Anggaran stuntingkan ada di beberapa OPD juga meskipun komponen biaya terbesar ada di Dinas Kesehatan karena Dinas Kesehatan yang memberikan intervensi layanan kesehatan satu paket dengan layanan kesehatam gizi. Iti setahu saya kurang lebih Rp50 milyar termasuk di dalamnya pemberian insentif bagi ibu rumah tangga yang berhasil mengeluarkan anaknya dari stunting," katanya.
Direktur Jenewa Institute, Surahmansah Said, dalam sambutannya saat membuka acara mejelaskan jika kegiatan dialog interaktif bersama media tersebut sengaja dihelat sebagai upaya memcerdaskan masyarakat terkait pemahaman akan pecegahan dan penanganan stunting.
"Media punya peran strategis dalam komunikasi perubahan perilaku. Informasi yang valid dan mudah dipahami sangat berpengaruh terhadap pemahaman dan tindakan masyarakat dalam mencegah stunting," kata Surahmansah.
Sementara Nutrition Officer UNICEF Nike Frans, menekankan pentingnya peran media dalam komunikasi perubahan perilaku masyarakat dalam upaya percepatan penanganan stunting.
"Media memiliki peran sentral sebagai sarana edukasi publik dan kampanye perubahan perilaku masyarakat,” terangnya.
Kegiatan yang melibatkan 50 media tersebut merupakan hasil kolaborasi antara Jenewa Madani Indonesia, UNICEF, Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan, dan didukung oleh Tanoto Foundation.
Hadir 3 pembicara dalam dialog interaktif tersebut yakni Kepala Badan Pembangunan, Penelitian, dan Pengembangan Daerah (Bappelitbangda) Sulawesi Selatan, Setiawan Aswad, Kepala Dinas Kesehatan Sulsel, Ishaq Iskandar serta Tim Ahli Percepatan Penurunan Stunting Djunaidi M.Dachlan.