CELEBESMEDIA.ID, Makassar – Kekerasaan
Dalam Rumah Tangga (KDRT) tidak hanya berupa serangan fisik saja, namun penganiayaan
secara emosional juga mental terjadi pada anggota keluarga.
Parahnya KDRT ini ternyata
tidak hanya berdampak pada memburuknya hubungan antara pasangan suami istri.
Anak yang menjadi saksi KDRT juga
akan merasakan dampak psikologis. Meski pun tidak menjadi korban KDRT tapi anak
yang menyaksikan KDRT yang dilakukan orangtuanya bisa jadi akan mengalami
gangguan mental jika dibiarkan.
Psikolog Kartika Cahyaningrum
menjelaskan jika dampak KDRT ini tentu akan dirasakan oleh smeua angkota rumah
rumah tangga.
“Bahaya KDRT dalam rumah tangga tentu saja yang paling pasti
dan terlihat yaitu luka fisik yang diderita oleh pasangannya maupun anaknya.
Selain luka fisik tentu saja KDRT juga meninggalkan luka psikologis berupa
trauma pada diri korbannya. Trauma tersebut bisa menyebabkan berbagai luka
psikologis seperti menciptakan rasa takut, cemas, kehilangan rasa percaya pada
orang lain, hingga depresi, dan berbagai luka psikis lainnya,” jelasnya kepada
CELEBESMEDIA.ID, Kamis (13/10/2022).
Bahkan menurut Kartika, dampak KDRT terhadap anak bisa lebih
parah dari yang diperkirakan. Berikut ini merupakan dampak jangka panjang bagi
anak yang menyaksikan KDRT menurut psikolog yang bekerja di LPPT Widya Prasthya
Makassar ini.
1. Ikut Melakukan Kekerasan
Dampak psikologis yang terjadi pada anak sangat fatal. Anak
yang pernah menjadi korban KDRT atau yang pernah menyaksikan KDRT lambat laun
akan meniru apa yang dilihatnya.
“Anak adalah peniru yang unggul ya. Jadi ketika anak melihat
tindakan kekerasan di rumah, bisa jadi anak akan menerapkan kekerasan tersebut
di luar rumah. Banyak kasus anak-anak menjadi pelaku bully maupun pelaku
"klitih" atau "begal" karena didalam rumahnya sering terjadi
KDRT,” kata Kartika.
2. Trauma
Dampak lainnya yaitu
anak menjadi trauma. Hal ini membuat anak menjadi enggan berhubungan dengan
lawan jenisnya jika anak di dalam rumah tersebut memliki jenis kelamin yang berlawanan
dengan pelaku KDRT.
“Ada kemungkinan anak menjadi tidak percaya dengan orang
yang memiliki jenis kelamin yang sama denganpelaku KDRT. Misalnya anak lelaki
kehilangan kepercyaan dan enggan bergaul dengan lelaki karena di rumah bapaknya
melakukan KDRT pada ibunya dan dirinya,” lanjutnya.
Pemicu KDRT biasanya terjadi sebagai bentuk reaksi seseorang
saat menghadapi konflik yang berarti KDRT itu merupakan hasil dari
ketidakmampuan seseorang dalam mengelola emosinya. Tentunya saja ini dapat dicegah dengan belajar
mengolah emosi agar masih dapar diredam sebelum sempat melakukan KDRT.