CELEBESMEDIA.ID, Makassar - Terminal Mallengkeri masih sepi hingga 5 hari jelang Idul Fitri. Padahal sebelumnya diprediksi puncak arus mudik lebaran tahun ini, Jumat (5/4/2024).
Pantauan Tim CELEBES MEDIA, sejak pukul 13.00 WITA hingga pukul 17.00 WITA, pemudik yang masuk ke area terminal dapat dihitung jari saking sepinya.
Para supir daerah pun ada yang mulai ketiduran karena suntuk menunggu hingga berjam-jam namun tak kunjung mendapatkan penumpang.
Salah satu sopir daerah rute Bulukumba, Daeng Gassing bercerita, bahwa hal ini (terminal sepi) memang selalu terjadi setiap tahunnya, tak pernah ada perubahan.
"Memang setiap tahun selalu sepi, biar mau lebaran biar mau apa memang selalu ji begini, maksudnya tidak pernah memang terlalu banyak penumpangnya," tutur salah satu sopir daerah rute Bulukumba, Daeng Gassing.
Daeng Gassing mengungkapkan, sulit untuk mengembalikan kejayaan terminal Mallengkeri seperti dulu lagi. Karena sekarang ia melihat banyak penumpang atau pemudik yang lebih memilih mencari mobil angkutan daerah di luar terminal.
Banyak juga pemudik yang memilih menghubungi sopir daerah melalui telepon, dari pada harus ke terminal.
"Susah kalau mau kembalikan terminal Mallengkeri seperti dulu, apalagi kan sekarang banyak mi sopir yang mangkal diluar, penumpang juga biasanya lebih pilih cari mobil diluar dari pada di terminal," ucap Daeng Gassing.
Sebelumnya, Kepala Terminal Mallengkeri Husein Hafid telah mengungkapkan bahwa puncak arus mudik di terminal Mallengkeri sendiri menurutnya diperkirakan terjadi di 5 hari menjelang lebaran. Meski ada lonjakan namun kata dia penambahan angka jumlah pemudik tersebut tak alami lonjakan signifikan, karena terminal ini hanya melayani rute-rute kecil.
"Kalau pun melonjak, lonjakannya pun tidak terlalu signifikan karena kita terminal tipe B, yang cuman mencakup antar kabupaten saja, beda dengan daya yang tipe A, sampai lintas provinsi," jelas Kepala Terminal Mallengkeri, Husein Hafid.
Terminal melayani pemudik rute untuk tujuan sektor selatan. Mulai dari Kabupaten Gowa, Takalar, Jeneponto, Bantaeng, Bulukumba, Sinjai, hingga Kepulauan Selayar.
Laporan : Riski