CELEBESMEDIA.ID, Makassar - Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), primordialisme adalah sikap mempertahankan nilai-nilai yang diterima sejak kecil, seperti tradisi, adat istiadat, kepercayaan, dan unsur-unsur lingkungan.
Dalam sebuah jurnal yang berjudul "Pengaruh Sikap Primordialisme Terhadap Upaya Pembentukan Proses Harmonisasi Masyarakat Multikultur" oleh Prayitno, Berchah Pitoewas, dan Hermi Yanzi, primordialisme diartikan sebagai ikatan dalam kehidupan sosial yang dipegang teguh oleh seseorang, mencakup suku bangsa, kepercayaan, ras, kebudayaan, dan adat di daerah kelahiran.
Ciri-ciri Primordialisme:
Dalam Konteks Masyarakat Multikultural
Primordialisme sering dimiliki oleh masyarakat multikultural yang memiliki perbedaan budaya, agama, ras, atau suku.
Setiap kelompok cenderung mempertahankan ajaran dan nilai-nilai yang mereka terima sejak kecil.
Sebagai Identitas Kelompok
Primordialisme berfungsi sebagai identitas kelompok, memperkuat hubungan antaranggota kelompok.
Hal ini dilakukan untuk menghadapi ancaman dari luar kelompok dan memberikan ciri khas yang membedakan kelompok satu dengan yang lain.
Loyalitas Terhadap Kelompok
Anggota kelompok cenderung memiliki loyalitas tinggi terhadap kelompoknya, didasarkan pada perasaan tulus tanpa mempertimbangkan kepentingan pribadi.
Mereka merasa bahwa kelompoknya istimewa dan lebih baik dibanding kelompok lainnya.
Nilai-nilai dan Sistem Keyakinan
Nilai-nilai yang dianut oleh anggota kelompok dipegang teguh dan tidak dapat dipertanyakan.
Pola pikir dan perilaku anggota kelompok cenderung seragam, menciptakan kesatuan dalam mencapai tujuan bersama.
Primordialisme di Indonesia
Indonesia sebagai negara multikultural secara tidak sadar masih menganut nilai-nilai primordial, seperti loyalitas terhadap suku, agama, ras, daerah, atau keluarga.
Hal ini bisa memunculkan loyalitas yang berlebihan dan mengganggu nilai-nilai kelompok lain.
Dalam kondisi keragaman masyarakat Indonesia, seperti keturunan Tionghoa, India, Arab, dan etnis lainnya, terlihat sulitnya mencapai pemahaman yang sama. Suku-suku di Indonesia, seperti suku Baduy, tetap memegang kuat peraturan daerah.
Dampak Primordialisme:
Dampak Positif:
Meningkatkan Nasionalisme: Primordialisme dapat meningkatkan rasa cinta terhadap tempat asal, mendukung kepentingan bangsa.
Menjadi Ciri Khas Kelompok: Perbedaan menjadi ciri khas, menarik bagi orang lain untuk mempelajari kelompok tersebut.
Menjaga Kestabilan Budaya: Primordialisme membantu menjaga keutuhan budaya dan menolak kebudayaan yang tidak sesuai.
Dampak Negatif:
Terjadinya Diskriminasi: Masing-masing kelompok merasa lebih baik, berpotensi menimbulkan diskriminasi terhadap kelompok minoritas.
Nepotisme: Primordialisme dapat menyebabkan nepotisme, memberi keuntungan kepada kelompok tertentu.
Mengurangi Objektivitas: Kesulitan melihat sesuatu secara objektif, karena kepentingan kelompok diutamakan.
Ketertinggalan Ilmu Pengetahuan: Kelompok tertutup sulit mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Primordialisme, sementara memiliki dampak positif, perlu dihadapi dengan sikap toleransi dan penghargaan terhadap perbedaan.
Keharmonisan masyarakat multikultural memerlukan pemahaman dan saling menghormati antarindividu.
Contoh-contoh perilaku primordialisme meliputi:
Membentuk partai politik berdasarkan suku bangsa, agama, atau ras.
Memberikan perlakuan istimewa kepada orang dari kelompok tertentu.
Mendirikan perkumpulan kekeluargaan, seperti persatuan masyarakat Sulawesi Selatan di Bali.
Tradisi pernikahan yang beragam, seperti tradisi sungkem dalam budaya Jawa.
Ritual yang dianggap tidak lazim, seperti ritual Ma'nene di Tana Toraja atau tradisi potong gigi di Bali.