CELEBESMEDIA.ID, Makassar - Indonesia merupakan negara yang akan sejarah. Banyak sejarah yang terukir khususnya pada masa memperjuangan kemerdekaan RI.
Nah bagi Anda yang ingin berwisata sambil mengetahui sejarah bangsa Indonesia, ternyata ada banyak tempat wisata di Indonesia yang kaya akan sejarah.
Tempat wisata ini bisa menjadi pilihan tepat untuk dikunjungi utamanya di bulan Agustus yang merupakan bulan Kemerdekaan RI.
Mengutip Kantor Berita Nasional ANTARA, berikut ini 5 wisata sejarah di Indonesia.
1. Fort Rotterdam, Makassar
Terletak di depan pelabuhan Kota Makassar, Fort Rotterdam pada masa lampau merupakan benteng pertahanan yang dibangun oleh Kerajaan Gowa-Tallo pada tahun 1545 dan jatuh ke tangan Vereenigde Oost-Indische Compagnie (VOC) sekitar tahun 1667. Benteng yang sebelumnya disebut sebagai Benteng Ujung Pandang ini sempat dihancurkan oleh pihak VOC saat penyerbuan.
VOC kemudian membangun kembali benteng tersebut dengan arsitektur khas kolonial Belanda dan mengubah namanya menjadi Fort Rotterdam. Sejak saat itu, Fort Rotterdam menjadi pusat kekuasaan kolonial Belanda di Sulawesi.
Sepanjang sejarah Indonesia, benteng ini pernah memiliki beragam fungsi seiring keadaan. Misalnya, pada saat jatuh ke tangan Belanda, Fort Rotterdam menjadi markas komando pertahanan, kantor pusat perdagangan, dan kediaman pejabat pemerintahan tingkat pusat. Sedangkan pada masa penjajahan Jepang, tempat ini pernah menjadi kamp tawanan perang pada era Perang Dunia II.
Sejak 1970-an, benteng ini dipugar dan telah diubah fungsinya menjadi pusat budaya, pendidikan, tempat acara musik dan tari, serta tujuan wisata bersejarah. lampau.
2. Rumah Pengasingan Bung Karno, Ende
Tempat wisata sejarah lainnya yakni rumah pengasingan Soekarno di Kabupaten Ende, Nusa Tenggara Timur (NTT). Di tempat inilah, Soekarno bersama keluarganya sempat diasingkan oleh pemerintah Hindia Belanda. Rumah pengasingan ini jugalah yang mendorong Soekarno bangkit melawan pengawasan Belanda.
Selama di pengasingan, ia gemar berkunjung ke kampung-kampung di Ende dan menyapa warga. Bung Karno juga merenungkan Pancasila yang saat ini menjadi dasar kehidupan bernegara masyarakat Indonesia.
3. Istana Gebang, Blitar
Kota Blitar dan Soekarno tak dapat dipisahkan. Rumah yang terletak di Jalan Sultan Agung No. 69, Kota Blitar ini menjadi tempat sang Proklamator menghabiskan masa kecilnya. Rumah ini sebenarnya merupakan kediaman suami kakak kandung Soekarno, Sukarmini, yang bernama Poegoeh Wardoyo. Kedua orang tua Soekarno pun tinggal di tempat ini.
Saat tiba di kawasan ini, pengunjung akan melihat patung Bung Karno berdiri tegak di depan rumah. Selanjutnya, wisatawan disambut oleh bangunan tua dengan ciri khas perumahan masa lalu dengan aksen Belanda yang cukup kental di setiap sudutnya. Rumah ini dulunya milik seorang pegawai kereta api berkebangsaan Belanda bernama CH. Porteir.
Ketika berada di dalam, pengunjung akan merasakan nuansa khas zaman dulu. Rumah ini masih dilengkapi perabotan antik nan cantik, dari ruang tamu dengan kursi-kursi kayu anyaman sampai kamar tidur tamu yang tertata. Anda bisa melihat kamar Soekarno yang masih tertata rapi dengan sprei putih dan tudung kamar tidur.
4. Kota Lama, Semarang
Menelusuri Kota Lama Semarang dengan berjalan kaki akan terasa mengasyikkan. Anda akan disuguhkan dengan beragam bangunan berarsitektur khas Eropa khas tahun 1700-an dengan pintu utama, jendela berukuran besar, elemen dekoratif, dan langit-langit yang tinggi.
Kota Lama Semarang dulunya merupakan salah satu kawasan pusat pemerintahan dan perdagangan pada abad 19 dan 20. Ada sekitar 50 bangunan bersejarah yang masih berdiri kokoh.
Di sekitar kawasan ini, Anda bisa melihat Stasiun Semarang Tawang, Nilmij, Marba, Taman Srigunting, hingga salah satu gereja tertua di Jawa Tengah, Gereja Blenduk.
5. Lobang Jepang, Bukittinggi
Lobang Jepang merupakan sebuah terowongan yang dibuat sedalam 60 meter di bawah Kota Bukittinggi, Sumatra Barat. Lokasinya pun tak terlalu jauh jika anda berjalan kaki dari Jam Gadang, hanya 15 menit.
Kawasan yang pernah dianggap sebagai lubang terpanjang di Asia ini menyimpan catatan sejarah kelam pada masa penjajahan Jepang. Atas instruksi Letjen Moritake Tanabe, Panglima Divisi ke-25 Angkatan Darat Balatentara Jepang, lubang ini dibangun untuk perlindungan pasukan Jepang pada tahun 1944 oleh para pekerja paksa yang berasal dari luar Bukittinggi, seperti Jawa, Kalimantan, dan Sulawesi.
Lubang ini memiliki 21 lorong cabang yang pernah difungsikan sebagai barak tentara, ruang sidang, kamar komando, pintu penyergapan, pintu pelarian hingga tempat pembantaian. Dari sekitar 6 kilometer, hanya 1,5 kilometer saja yang saat ini dibuka untuk kebutuhan wisata masyarakat umum dan sisanya ditutup oleh pemerintah.