CELEBESMEDIA.ID, Makassar - Pemerintah telah melakukan pemantauan hilal pada 134 titik di seluruh Indonesia, Ahad (10/3) sore.
Berdasarkan pemantauan tersebut, menunjukkan posisi hilal belum memenuhi kriteria MABIMS (Menteri Agama Brunei, Indonesia, Malaysia dan Singapura).
Jika merujuk kriteria MABIMS, penentuan 1 Ramadan minimal berada di posisi 3 derajat dengan sudut elongasi 6,4 derajat.
Mengapa Posisi Hilal Awal Ramadan 3 Derajat?
Pakar Astronomi Prof Thomas Djamaluddin menjelaskan bahwa ketinggian hilal 3 derajat disepakati karena kekuatan cahaya bulan di bawah 3 derajat kalah dengan cahaya mega (syafaq). Hal ini ia jelaskan pada Seminar Posisi Hilal Penentu Awal Ramadhan di tahun 2022 lalu, mengutip laman resmi NU, Ahad (10/3).
Kuatnya cahaya mega, kata prof Thomas membuat hilal yang masih di bawah 3 derajat itu sulit untuk dapat teramati
Ia juga menjelaskan angka 6,4 derajat elongasi, jarak antara bulan dan matahari, dipilih karena mempertimbangkan kelihatan fisik hilal. Hal ini disebabkan jarak yang terlalu dekat membuat hilal sulit terlihat sebagaimana kriteria yang dulu ditetapkan hanya berjarak 3 derajat untuk elongasinya.
Sebelumnya diberitakan Pemerintah menetapkan 1 Ramadan 1445 Hijriah jatuh pada Selasa, 12 Maret 2024.
Ketetapan itu disampaikan setelah Kementerian Agama (Kemenag) menggelar sidang isbat dalam konferensi persnya.
Sidang isbat digelar secara langsung di Auditorium HM Rasjidi, kantor Kemenag, Jalan MH Thamrin, Jakarta Pusat, Ahad (10/03/2024). Sejumlah pihak ikut serta dalam sidang isbat.
"Secara mufakat bahwa 1 Ramadan 1444 Hijriah jatuh pada hari Selasa, 12 Maret 2024," kata Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas dalam jumpa pers, Ahad (10/3/2024) melakui akun YouTube resmi Kemenag RI.