Noblesse Oblige...! Pada setiap jabatan melekat kehormatan, dan setiap kehormatan yang diperoleh, inheren pula dengan tanggung jawab. Begitu tafsiran bebas uangkapan Bahasa Prancis tersebut.
Sebagai gubernur, mantan Wakil Kepala Kepolisian Daerah tentu sudahlah cukup tinggi jabatan itu. Tentu saja sudah berjibun pekerjaan, masalah yang harus ditangani, dan tanggung jawab yang besar dengan skala amat luas sesuai dinamika daerah dan masyarakat yang dipimpinnya.
Tetapi ia masih mau menerima jabatan sebagai ketua umum kepengurusan alumni sekolahnya. Bahkan lebih sempit, alumni angkatan. Itulah sosok dan figur tokoh Zainal Arifin Paliwang, Gubernur Kalimantan Utara (Kaltara) yang juga mantan Wakapolda Kaltara.
Zainal yang senang disapa ZAP - singkatan nama lengkapnya - oleh teman sekolahnya, resmi dilantik sebagai Ketua Umum Ikatan Alumni (IKA) SMA Negeri 1 (Smansa) Makassar Angkatan 1982 Periode 2023-2027, Sabtu (06/01/2024) malam di Attic Sky Lounge, Novotel Makassar Grand Shayla Makassar.
Pelantikan dilakukan oleh Ketua Umum Pengurus Pusat (PP) IKA Smansa, Andi Ina Kartika Sari, SH, M.Si, anak Smansa angkatan tahun 1993, yang juga Ketua DPRD Sulawesi Selatan.
ZAP bukanlah sosok pemburu jabatan, apalagi dikata gila hormat dari orang lain. ZAP amat jauh dari semua itu, karakter yang amat sering dipertontonkan pejabat setingkat dia. Bahkan pejabat yang jauh dibawah level dia.
Meskipun dia harus taat aturan protokoler sebagai seorang pejabat, tetapi aturan itu seringkali diabaikan. Kadang dalam perjalanan hanya didampingi seorang ajudan. Dia dan ajudannya yang mengurus segala keperluan selama perjalanan.
Suatu hari di tahun 2022, dalam perjalanan pulang dari bermain golf di Bali, lalu lintas menuju ke hotel macet parah. Sementara ia punya agenda bertemu dengan seseorang yang berminat investasi di Kaltara. Tentu saja pertemuan itu penting.
Saya yang duduk di sampingnya, justru gelisah karena kami yang bermain golf bersama teman-teman alumni Smansa, ZAP sampai telat dari janji pertemuan dengan koleganya.
Ia bisa saja meminta bantuan polisi lalu lintas untuk mengeluarkan kami dari kemacetan itu. Apalagi ia pernah memegang jabatan kepolisian di Pulau Dewata itu. Tetapi dia tidak mau melakukan itu.
"Santai aja..." katanya singkat.
Beberapa saat kemudian, ia meminta sopir meminggirkan dan menyetop mobil. Ia turun membeli rokok, lalu minta izin kepada pemilik toko untuk buang air kecil.
Kalau berkumpul dengan teman-teman angkatan sekolahnya, bagi orang lain, kewibawaan ZAP mungkin dinilai seperti turun ke titik nol. Terutama ketika bermain domino. Owh, dia penggemar berat permainan domino.
Tidak ada ampun. Ia bisa ditertawai dan "dibully" kalau kalah, sehingga ia harus terus menerus kocok kartu dan berdiri sepanjang kekalahaannya. Sementara lawan mainnya menertawainya. Dia santai aja tuh... ZAP menikmatinya, masa-masa "anak-anak SMA dulu".
Pada kesempatan lain, di Jakarta ia terlihat duduk di bangku-bangku milik warung pinggir jalan menunggu teman-temannya sampai datang.
Sesimpel itu memang sifat dan "kelakuannya." Jauh dari protokoler. Santai dalam hal bersosialisasi, tetapi serius dalam hal kerjaan. Maklum ia polisi. Pada sisi lain, mungkin juga karena ia seniman, musisi, dan vokalis. Segalanya dihadapi dengan seni kehidupan.
Kelakuannya itu tidak lantas meruntuhkan wibawa, kehormatan dan martabatnya. Justru itu yang membuatnya dicintai masyarakat Kaltara yang dipimpinnya. Walaupun ia sendiri kelahiran Sulsel. Juga di kalangan teman-teman seangkatannya, justru semakin disegani, hormat kepadanya dan menjadikannya teladan. Ia merakyat.
Terus bagaimana ceritanya, ia mau jadi Ketua Ika Samansa angkatan 82? Azhari Sirajuddin, mantan Ketua Angkatan 82 menceritakan, ZAP semula sangat tidak mau dengan alasan begitu banyaknya kerjaan. Apalagi tanggung jawabnya sebagai gubernur menjelang Pemilihan Umum.
"Lima kali saya lobi, sampai kami pergi main golf dan main futsal di Malaysia pun saya lobi. Saya yakinkan dengan kepemimpinan Om ZAP (begitu teman-teman dekatnya saling menyapa) angkatan 82 bisa bersatu dan menyatu kembali," papar Azhary.
Selama sekitar tiga tahun alumni angkatan 82 terbelah karena perbedaan sikap dan pilihan figur ketua dalam pemilihan ketua sebelumnya.
"Jadi ini tanggung jawab yang kami berikan kepada Om. ZAP. Alhamdulillah, akhirnya mau," papar Azhary.
Patut dicatat. Mungkin rekor nasional, atau bahkan rekor dunia. Angkatan 1982 Smansa Makassar, terdiri dari 33 kelas. Jadi alumni angkatan 1982 lebih dari seribu orang.
Smansa Makassar saat itu memang sangat populer. Menjadi sekolah tujuan pertama-tama dan utama bagi anak-anak SMP di Sulawesi. Ada kebanggaan tersendiri menjadi anak Smansa Makassar.
Persaingan masuk ketat karena mutu "bahan baku" maupun alumninya, setelah melalui proses belajar. Juara-juara SMP dari berbagai daerah bertarung untuk bisa meraih tiket masuk. Karena itu latar belakang siswa amat sangat heterogen.
Angkatan 1982 ini pun memang penuh dinamika. Dan sangat solid dan prestius dalam berbagai hal.
Baru saja selesai pendaftaran masuk, dan menunggu jadwal tes, gedung sekolah ludes terbakar. Begitu membludaknya peminat, sampai-sampai seleksi dilakukan di Stadion Mattoanging (kini sudah diruntuhkan serata tanah oleh Pemprov Sulsel).
Karena banyaknya siswa baru yang diterima, plus siswa lama kelas dua dan tiga, terpaksa dibagi dua lokasi. Ada "anak utara" di sekolah dasar pinjaman di Jalan Gunung Latimojong. Sebagian lagi di Jalan Andi Mangerangi, Balang Boddong yang disebut "anak selatan".
Andi Ina Kartika Sari yang angkatan 11 tahun di bawah, dalam sambutannya usai pelantikan, mengakui dinamika anak 82. "Mendengar kisahnya, Smansa 82 memang sejak awal masuk sekolah sudah penuh dinamika. Mulai dari gedung sekolah di Jl. Gunung Bawakaraeng terbakar, lokasi kelas belajar harus terbagi dua, di utara kota Jl. Gunung Latimojong dan di selatan kota Jl. Andi Mangerangi (Balang Bodong)," ungkapnya.
Terpisahnya lokasi tempat mengenyam pendidikan di bangku SMA saat itu, lanjut Andi Ina, berdampak pula seringnya terjadi perkelahian internal. Antara anak utara melawan selatan.
Tak "puas" berselisih sesama angkatan, mereka pun "mencari" lawan di luar. Berkelahi melawan pelajar dari sekolah lainnya yang ada di Makassar. Nah mereka yang tadinya berkelahi, bersatu melawan pelajar sekolah lain.
"Namun mulai malam ini saya harapkan tidak ada lagi perpecahan diantara kakak-kakakku. Apa yang terjadi saat ini merupakan momen mempererat persaudaraan dan persatuan Smansa 82. Dinamika-dinamika yang telah berlalu akan menjadi cerita di kemudian hari," tutur wanita politisi ini.
Alumni Smansa 82 malam ini, katanya, telah membuat sejarah dan kembali menunjukkan eksistensinya sebagai angkatan yang sangat solid dan tetap akan menjadi contoh atau panutan bagi kita semua.
"Di akhir masa jabatan saya memimpin wadah alumni lintas angkatan Smansa Makassar, inilah hadiah terbaik dari kakak-kakak Smansa 82 buat saya bersama seluruh pengurus pusat. Sesungguhnya IKA Smansa hanyalah sebuah organisasi yang akan mengingatkan bahwa kita pernah bersekolah di SMA Negeri 1 Makassar," bebernya.
Iyalah.... Alumni Smansa 82 pun memang rata-rata sudah berumur 60 tahun. Di usia seperti itu, mungkin sudah banyak mengidap kolesterol, asam urat, pemilik "pabrik gula". Bahkan semua mungkin setiap hari membaca pesan "innalillahi wainnailaihi raji'un". Satu demi satu teman, sahabat, pergi untuk selamanya. Atau kabar teman sakit. Melalui puluhan grup whatsapp yang diikutinya.
Lalu apalagi yang mau dicari? Tentu lebih baik memperbanyak silaturrahiim, dan berbuat baik, mengumpulkan amal, bukan membakar amal baik dengan perselisihan. Begitu juga harapan ZAP dalam memimpin kepengurusannya, sebagai tanggung jawab yang diembannya.
Saya setuju itu. Sebagai alumni angkatan 82, saya pun mau diajak bergabung dan berkontribusi dalam kepengurusan untuk mencapai tujuan dan niat baik pengurus tersebut.
Kita tidak tahu siapa yang akan dipanjatkan doa "innalillah" pada detik-detik berikut. Apakah saya atau Anda. Wallahu a'lam bissawab.