CELEBESMEDIA.ID, Wakatobi - Pagi menyongsong dan desiran
ombak menghantam pantai. Kala itu hari terasa cerah di Pulau Tomia yaitu surga
bawah laut yang sudah terkenal sampai mancanegara.
Pulau Tomia yang terletak di gugusan pulau Wakatobi
(Wangi-wangi, Kaledupa, Tomia, dan Binongko) merupakan salah satu destinasi
wisata bagi turis lokal maupun mancanegara.
Di PLN Kantor Unit Pelayanan Tomia, tempat Bakharuddin Yusuf yang biasa dipanggil Bayu, itu bekerja. Ia memiliki tanggung jawab besar
yaitu menjaga kontinuitas pasokan listrik dua Kecamatan di Pulau Tomia.
Pria berusia 25 tahun ini menjabat sebagai Supervisor Teknik
dan sehari-harinya bertugas mulai dari memelihara mesin Pembangkit Listrik
Tenaga Diesel (PLTD), memelihara jaringan apabila ada gangguan, sampai
pelayanan pelanggan.
Tanggung jawab besar tidak menyurutkan semangat pria asal
Kabupaten Demak Provinsi Jawa Tengah ini untuk mengabdi. Total pelanggan yang
harus Bayu layani adalah 5.500 pelanggan dengan jaringan sepanjang 26 kilometer
sirkuit (KMS) yang harus dijaga keandalannya. Bisa dibilang Bayu memegang
peranan penting untuk menangani proses bisnis PLN dari hulu ke hilir (PLTD
sampai Pelanggan) di Pulau Tomia.
Pria yang berencana meminang tambatan hatinya tahun ini pun
bertutur suka duka didalam menjalankan amanah untuk melistriki pelosok negeri,
diantaranya ada beberapa hal yang menurutnya tidak mungkin dikerjakan, tetapi
berkat pertolongan Allah mereka diberi jalan untuk menuntaskan pekerjaan
tersebut.
"Kami harus bekerja dimana kami memiliki keterbatasan peralatan, tidak seperti halnya dikota besar yang meniliki crane untuk melakukan pekerjaan pemeliharaan maupun perbaikan jaringan. Di Pulau Tomia kami bekerja dengan peralatan terbatas dan menjadi tanggung jawab kami untuk menyelesaikannya. Ketika gangguan sistem distribusi maupun pembangkit terjadi kami harus mengupayakan penormalan sistem kelistrikan sesegera mungkin," ungkap Bayu.
Unit PLN Peraih Penghargaan Pengelolaan PLTD Terbaik tahun
2018 di wilayah kerja PLN Unit Pelaksana Pelayangan Pelanggan (UP3) Bau-bau
tersebut beranggotakan 23 karyawan pemeliharaan dan pencatat meter.
Keterbatasan yang ada tidak menjadi penghalang Bayu untuk memberikan pelayanan
terbaik kepada pelanggan maupun perusahaan. Ia mengucap syukur dengan
penempatannya saat ini.
"Pengalaman ditempatkan jauh dari kampung halaman
menjadi pelajaran yang sangat berharga untuk lebih mensyukuri hidup,"
ungkapnya.
Pengalaman Menyeberang Laut
Selain Memiliki keindahan bawah laut, Wakatobi terkenal
dengan lautan yang berombak di musim-musim tertentu. Bayu berkisah saat
bertolak ke Pulau Tomia dari Pulau Wangi-wangi, pria yang telah bekerja selama
3 tahun di PLN ini harus menghadapi kondisi cuaca buruk. Rute perjalanan Pulau
Wangi-wangi ke Pulau Tomia yang biasa ditempuh dalam waktu 2 jam menjadi 5 jam
karena speedboat yang bayu tumpangi terombang-ambing diterjang ombak.
"Pada saat itu saya sudah pasrah. Saya hanya berserah
kepada Allah bahwa apabila saya tidak selamat, saya pergi dengan tekad mengabdi
kepada Indonesia. Itu kebanggaan saya," pungkas Bayu.
Bayu memiliki kebanggaan tersendiri saat diberi amanah untuk
melistriki 1 pulau yaitu pulau Tomia. "Kami bekerja, beribadah serta memberikan
manfaat yang luar biasa untuk masyarakat. Ketika kegalauan melanda, cukup saya
datang ke puncak melihat lampu rumah penduduk dan dalam hati saya berkata, ‘Alhamdulillah
saya masih bisa memberi manfaat untuk banyak orang di sini’," tambah Bayu
sembari mengadahkan tangannya.
Perjalanan Panjang
Perjalanan pulang pria yang hobi bermain musik ini terbilang
cukup panjang. Bayu harus menempuh perjalanan yang menghabiskan waktu
berjam-jam.
Dari Pulau Tomia ke Pulau Wangi-wangi ditempuh selama 2 jam
menggunakan speedboat. Kemudian, dari Pulau Wangi-wangi ke Kendari menggunakan
pesawat selama 1 jam.
Dari Kendari lanjut perjalanan ke kampung halamannya di
Demak, Jawa Tengah, menggunakan pesawat dengan transit dua kali yaitu di
Makassar dan Surabya. Tiba di Semarang, ia masih harus melanjutkan perjalanan
ke Demak menggunakan mobil, butuh waktu 1 jam.
Total Bayu menghabiskan perjalanan 2 hari untuk sampai ke
rumah bertemu orang tua dan calon istrinya. Walaupun rata-rata hanya bisa
bertemu selama 3-4 hari dengan orang terkasih, Bayu bersyukur memiliki
kesempatan untuk membahagiakan kedua orang tuanya dari hasil jeri payah bekerja
di PLN.
Saat kembali ke Pulau Tomia, Bayu menguatkan diri untuk kembali
ke tempat dia mengabdi. Bayu mengatakan
dengan bekerja di PLN ia bisa sedikit memberikan manfaat untuk masyarakat.
"Dengan adanya listrik orang bisa beribadah, dengan
adanya listrik orang bisa bekerja mencari nafkah, dan yang terpenting dengan
adanya listrik adek-adek yang masih sekolah bisa belajar lebih lama,"
ungkap Bayu.
"Semoga dari pulau terpencil nan indah bawah lautnya
ini, dapat menghasilkan penerus dan nantinya akan menjadi pemimpin di Nusantara
ini," tutup Bayu.(*)