17 Ribu Lebih Warga Palestina Butuh Rehabilitasi Akibat Cedera Parah - Celebesmedia

17 Ribu Lebih Warga Palestina Butuh Rehabilitasi Akibat Cedera Parah

Rini - 13 September 2024 14:14 WIB

CELEBESMEDIA.ID, Makassar - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan belasan ribu warga Palestina membutuhkan rehabilitasi akibat cedera parah yang mereka alami selama perang bekecamku sejak 7 Oktober 2023 lalu.

Cedera parah pada anggota tubuh merupakan penyebab utama meningkatnya kebutuhan rehabilitasi di Jalur Gaza. Perkiraan korban cedera berkisar antara 13.455 hingga 17.550 orang.

Juru bicara WHO, Richard Peeperkorn, dalam konferensi pers virtual pada Kamis (12/9), menyampaikan bahwa banyak korban yang mengalami lebih dari satu cedera 

"Antara 3.105 hingga 4.050 korban mengalami amputasi," ungkap Peeperkorn demikian yang dikutip dari Antara.

Ia menambahkan bahwa setidaknya seperempat dari korban cedera di Gaza hingga 23 Juli, atau sekitar 22.500 orang, diperkirakan mengalami cedera yang berdampak jangka panjang.

Umumnya korban yang cedera parah menderita cedera tulang belakang, cedera otak traumatis, dan luka bakar. Bahkan umumnya korban merupakan perempuan dan anak-anak.

"Lonjakan besar kebutuhan rehabilitasi ini terjadi bersamaan dengan kehancuran sistem kesehatan yang sedang berlangsung," kata Peeperkorn. 

"Kami sangat membutuhkan bantuan di bidang rehabilitasi ini."

Peeperkorn mencatat bahwa satu-satunya pusat rekonstruksi dan rehabilitasi anggota tubuh di Gaza, terletak di Kompleks Medis Nasser dan telah berhenti berfungsi pada Desember karena kekurangan pasokan. Fasilitas itu juga telah rusan akibat serangan pada Februari 2024 lalu.

Selain itu, ujarnya, banyak petugas kesehatan yang terpaksa meninggalkan Gaza demi keselamatan.

Menurut berbagai laporan yang dikutip jubir tersebut, hingga 10 Mei sebanyak 39 fisioterapis dilaporkan tewas.

Analisis WHO ini hanya berfokus pada cedera baru akibat eskalasi konflik sejak Oktober lalu.

Namun, puluhan ribu warga Palestina di Gaza hidup dengan kondisi kronis yang sudah ada sebelumnya, yang diperburuk oleh kurangnya layanan kesehatan yang memadai.

Sumber: Anadolu / Antara

Tag