KOLOM ANDI SURUJI : Oh Stadion... - Celebesmedia

KOLOM ANDI SURUJI : Oh Stadion...

Andi Suruji - 07 October 2021 14:27 WIB

KETIKA menyebut atau mendengar satu kata seperti judul tulisan ini, yaitu stadion, ingatan kita pasti ke sepakbola. Walaupun stadion multi arti jika ditarik ke bahasa Inggris, yaitu stadium. 

Kata stadium berarti stadion, arena, gelanggang. Tetapi stadion bagi kita, khususnya orang Makassar, bermakna sebuah bangunan yang di dalamnya terdapat lapangan sepak bola.

Makassar pernah punya stadion Mattoanging. Identik dengan nama klub tertua di Asia, PSM Makassar. Mattoanging adalah kolam, anak-anak PSM adalah ikannya. Tak terpisahkan, bersenyawa. 

Itulah sebabnya PSM dijuluki tim Juku Eja. Dengan kostum merah-merah, pemain PSM tak ubahnya ikan-ikan merah (juku eja) yang berenang kesana kemari dengan lincahnya saat berlaga di lapangan. 

Pemain sepakbola nasional pasti pernah merasakan ganasnya Mattoanging. Bermain melawan PSM di Mattoanging adalah pertarungan harga diri. 

Bagai sebuah doktrin dan satu prestasi, kebanggaan, kehormatan, dan harga diri bila kesebelasan tamu mampu mengalahkan PSM di kandangnya. Dan itu menjadi obsesi semua tim tamu. 

PSM sendiri pun mempertaruhkan harga dirinya di Mattoanging, di hadapan penggemarnya. Betapa malu dan pedihnya kekalahan. Mengalahkan sakitnya tulang dan otot bermain bola. 

Pedih tertunduk lesu. Berjalan gontai seperti tak punya roh, keluar lapangan disorot belasan ribu pasang mata pencinta. Apa pun alasannya.

Bola boleh lewat, tetapi jangan orangnya. Kalian boleh hebat, tetapi rasakan kerasnya permainan di Mattoanging. Keras memang ciri khas anak Makassar. 

Mattoanging adalah harga diri. Juga sekaligus jati diri anak-anak Makassar. Di sana tersimpan lembar-lembar sejarah yang terukir manis, pedih, suka dan duka. Siri' na pacce. Luka dan lika-liku hidup laki-laki pemain sepak bola. 

Mattoanging juga tak ubahnya ladang pesemaian bibit unggul sepak bola. PSM Makassar dan Mattoanging melahirkan dan memasok pemain ke tim nasional. 

Stadion tua nan historik itu kini tinggal nama. Sudah rata dengan tanah. Dirobohkan karena sudah tua. Dibangun oleh tokoh olahraga nasional multi talenta, Andi Mattalatta. Tentara yang haus akan prestasi dan kemajuan anak-anak daerah. 

Lantas bagaimana prestasi anak-anak sepakbola Sulsel di ajang PON Papua? Malu kita membicarakannya. Kandas dan mungkin angkat koper lebih awal. 

Ribuan pencinta dan pemain sepakbola di Makassar dan Sulawesi Selatan kini merindukan stadion representatif untuk sebuah pertandingan bertaraf dan berstandar internasional. Rumah untuk PSM Makassar karena PSM sudah masuk klub elit nasional dan regional. Ia memerlukan stadion yang memenuhi syarat untuk sebuah pertandingan, minimal untuk kompetisi nasional. 

Klub memerlukan stadion untuk bermain, mendapatkan pemasukan, sebagai salah satu sumber pembiayaan pembinaan klub. Tetapi kehadiran sebuah stadion representatif dan standar internasional di Makassar, bukan lantaran kebutuhan PSM semata. PSM sebagai usaha swasta bisa saja bermarkas di mana saja asal menguntungkan.

Kehadiran sebuah stadion perlu kerja sama dan saling pengertian semua pihak, para stakeholder sepakbola. Siapa pun pemiliknya. Tidak perlu ada tarik ulur dan polemik siapa yang paling berhak dan paling mampu membangun. Gotong-royong saja. Libatkan swasta membiayai pembangunannya bila diperlukan. Bagi hasil bisa. Atau berikan swasta kompensasi atas partisipasinya itu. Pasti mau. 

Pemerintah jangan berhitung untung-rugi secara finansial membangun stadion. Tetapi patut di camkan, warga Makassar dan Sulawesi Selatan bukan sekadar membutuhkan sandang, papan, dan pangan. Mereka juga memerlukan hiburan pelepas kepenatan dalam rangka membangun jiwa-jiwa yang tangguh, kompetitif, dan sportif sebagaimana spirit olah raga, khususnya sepak bola.

Merinding bulu roma kita berada di stadion manakala PSM bertanding. Gemuruh suara musik menggema memecah angkasa. Bersahutan tarian dan lantunan syair puitis tentang perjuangan, cinta dan kesetiaan, sebagaimana watak dan karakter manusia Bugis Makassar.

Tidak adakah lagi semangat siri' na pacce kita untuk menghadirkan kembali sebuah stadion?

Tag