CELEBESMEDIA.ID, Makassar - Kloning merupakan metode reproduksi yang menghasilkan keturunan dengan identitas genetik yang sama dengan induknya tanpa melalui proses pembuahan.
Contoh dari kloning adalah usaha untuk menciptakan duplikat organisme melalui proses reproduksi aseksual.
Istilah "kloning" berasal dari Bahasa Yunani, yang berarti kumpulan sel turunan dari satu sel induk tunggal melalui reproduksi aseksual.
Teknologi kloning memiliki potensi untuk menghasilkan kemajuan dalam bidang kedokteran, ilmu pengetahuan, diagnostik, dan terapi.
Namun, penggunaan kloning juga dapat memiliki dampak negatif, seperti penyalahgunaan untuk tujuan yang bertentangan dengan nilai-nilai kemanusiaan.
Hal ini dapat menimbulkan kekacauan dalam hubungan kekerabatan dan identitas individu hasil kloning atau induknya.
Beberapa ilmuwan mendukung penggunaan kloning sebagai cara untuk melestarikan spesies yang terancam punah.
Namun, pendapat ini tidak didukung oleh banyak pihak karena potensi risiko yang tidak aman dan pertimbangan etika, terutama ketika diterapkan pada manusia.
Proses Kloning Tumbuhan dan Hewan
Proses kloning, dilakukan oleh para ilmuwan, dimulai dengan pengambilan sel tubuh dari organisme yang ingin dikloning.
Sel tubuh ini mengandung materi genetik lengkap yang akan direplikasi.
Selanjutnya, sel telur dari organisme lain diambil dan inti sel telur dikosongkan, kemudian digantikan dengan inti sel tubuh yang telah diambil sebelumnya.
Setelah penggantian inti sel telur dengan inti sel tubuh, rangsangan listrik atau zat kimia tertentu diberikan untuk memicu pertumbuhan dan pembelahan sel telur.
Sel telur yang berisi materi genetik dari sel tubuh mulai berkembang menjadi embrio.
Embrio yang terbentuk kemudian ditanamkan ke dalam rahim induk untuk melanjutkan perkembangannya menjadi organisme yang lengkap.
Proses kloning ini melibatkan berbagai tantangan teknis dan etika.
Kloning pada tumbuhan memiliki banyak manfaat, seperti memperbanyak tanaman dengan sifat-sifat yang diinginkan dan melindungi jenis tanaman yang berharga secara genetik.
Selain itu juga memiliki risiko kontaminasi dan mutasi genetik yang tidak diinginkan.
Oleh karena itu, pengendalian kualitas selama proses kloning sangat penting untuk memastikan hasil yang diinginkan.
Proses kloning pada hewan, terutama mamalia, umumnya melibatkan teknik kloning somatik.
Tahapan proses kloning pada hewan meliputi pengambilan sel somatik, pengosongan sel telur, penggabungan sel somatik dan sel telur, stimulasi dan implan sel telur, serta implan embrio atau pengembangan di laboratorium.
Proses ini dapat bervariasi tergantung pada spesies hewan yang dikloning dan tujuan dari kloning tersebut.***