CELEBESMEDIA.ID, Makassar - Pengamat transportasi Universitas Muslim Indonesia (UMI) Kota Makassar, Profesor Lambang Basri angkat bicara terkait berhentinya sejumlah bandara perintis di Sulawesi Selatan.
Menurut Profesor Lambang Basri menegaskan jika subsidi pemerintah telah cair ke bandara perintis, harusnya harga tiket bisa lebih murah.
Harga tiket yang murah, kata Lambang tentu akan menarik minat warga untuk menggunakan jasa penerbangan perintis.
"Mudah-mudahan saja nanti impactnya kepada masyarakat, masyarakat dapat memperoleh (harga) tiket yang lebih rendah dengan harga tiket yang seharusnya," jelas Prof. Lambang Basri kepada CELEBESMEDIA.ID pada Kamis (19/01/2023).
Ia juga mengatakan dengan berhentinya sejumlah bandara perintis di Sulawesi Selatan dapat menjadi bahan evaluasi.
"Kemarin itu dengan berhentinya fenomena itu menjadi pembelajaran bagi semua. Pembelajaran bagi calon penumpang, pelajaran bagi maskapai, pelajaran bagi pemerintah setempat untuk memberikan layanan kepada masyarakat terkait mobilitas umum," katanya.
Selain pemberian subsidi, untuk menunjang kesuksesan program tersebut, Prof. Lambang Basri juga menilai pemerintah perlu mendorong sektor usaha untuk ikut berpartisipasi. Misalnya dengan memberdayakan pariwisata di daerah yang ada dalam rute penerbangan penrintis tersebut.
"Karena itu juga adalah salah satu program untuk mewujudkan bagaimana meningkatkan income dan akselerasi mobilitas masyarakat di dalam rangka mendorong kawasan wisata di daerah itu," terang Prof. Lambang Basri.
Dari total sembilan bandara, terdapat tiga bandara udara yang berhenti beroperasi akibat tidak adanya anggaran subsidi yang tersedia. Ketiga bandara tersebut, yakni Bandara Arung Palakka Kabupaten Bone, Bandara Aroepala Kabupaten Selayar, dan Bandara Sorowako Kabupaten Luwu Timur, Provinsi Sulawesi Selatan.
Laporan: Fitri Khaerunnisa