HARI kerja pertama tahun 2023, Gubernur Sulsel Andi Sudirman Sulaiman memberi arahan dalam rapat koordinasi aparatur sipil negara. Juga melakukan pergeseran pejabat struktural di lingkungan Pemprov.
Inti pesan dalam arahannya, tiga hal yang harus dijaga ASN, yakni loyalitas, integritas, dan kinerja.
Tiga hal itu sangat substansial dalam menjalankan roda birokrasi pemerintahan. Ketiganya memang harus berkelindan. Hadir bersama dan bersamaan. Dijalankan oleh personalia yang tepat, patut dan pantas (fit and proper) pula.
Loyalitas pegawai negara hanya kepada tugas dan tanggung jawab, sesuai job desc masing-masing. Dengan loyal pada tugas dan tanggung jawab, berarti seorang ASN telah membantu atasan dan sistem birokrasi pemerintahan berjalan sebagaimana seharusnya.
Loyalitas seorang pegawai sipil jangan dimaknai harga mati yang berarti tunduk dan patuh pada perintah atasan. Apapun perintah dan petunjuknya.
Jika perintah atasan keliru, apalagi menabrak aturan, maka diingatkan dengan cara komunikasi yang baik. Tidak perlu takut atasan tersinggung. Tujuannya baik, supaya atasan tidak terperosok dalam lubang kesalahan. Sengaja maupun tidak.
Acapkali atasan keliru, bahkan salah dalam memberi perintah atau mengambil kebijakan karena terpengaruh bisikan dan gosokan oportunis di sekitarnya. Para pencari rente ekonomi dari penguasa dan kekuasaan, biasanya menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuannya. Namun sangat potensial menjerumuskan dan mengorbankan pihak lain.
Pada titik itu, integritas pegawai negara harus menjadi pegangan dan pijakan. Integritas berarti tidak adanya perilaku neko-neko. Bahkan berpikir neko-neko pun tidak sempat.
Bekerja sesuai standar prosedur operasional, aturan dan ketentuan. Mempertimbangkan pula faktor etis dan tidak etis, sehingga memenuhi asas patut dan pantas (fit and proper). Konsisten antara ucapan dan keyakinan. Tercermin dalam perbuatan atau perilaku sehari-hari.
Integritas seseorang, terutama pegawai negeri, umumnya akan teruji manakala ia bersentuhan dengan urusan uang dan peluang dalam arti luas. Peluang yang ada pun hanya amanah dan ujian. Jangan lancung di ujian. Sekali lancung dalam ujian, maka hidup berakhir nista.
Harus selalu diingat sebagai "ayat suci" bahwa uang yang ada di brankas, bank, untuk dipergunakan pemerintah adalah uang dari rakyat untuk rakyat. Hanya dipercayakan kepada pemerintah untuk dikelola.
Pengelolaannya berupa alokasi pembiayaan pada sektor-sektor penggerak peningkatan kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat. Efisien menggunakan sumber daya finansial, efektif dalam output dan outcome.
Acap kali kita lihat penggunaan anggaran yang hanya memperhitungkan output, tetapi mengabaikan kalkulasi outcome.
Contoh, penggunaan anggaran pembangunan jalan. Anggaran habis, jalanan pun ada terbangun sebagai output. Semua orang bisa menyaksikannya.
Tetapi efek yang timbul (outcome) mungkin banjir karena memang hanya membangun jalan. Sistem drainasenya tidak ikut dibangun. Padahal, jalan dan drainase ibarat dua sisi satu koin.
Jadi seperti itulah kita membaca diksi kinerja yang dimaksud Gubernur. Bagaimana bekerja mencapai hasil optimal, efisien menggunakan sumber daya yang terbatas. Jangan lagi ada tilep-menilep, suap-menyuap, cashback, kickback, dan sebagainya.
Kinerja optimal hanya bisa dicapai manakala tumbuh loyalitas pada tugas dan tanggungjawab, integritas mengakar dan membumi sebagai jiwanya. Menjadi suatu sistem kerja yang pakem. Dengan spirit loyalitas, integritas, dan kinerja, tersebut.
Setiap subsistem, dinas-dinas dan perangkat lainnya, mesti bekerja selaras dan harmonis. Satu subsistem macet, maka lainnya ikut melemah.
Akan tetapi sistem kerja itu harus dilaksanakan dan dijalankan oleh orang-orang (personalia) yang tepat, memenuhi asas kapatutan dan kepantasan (fit and proper).
Kita berharap bahwa semangat inilah yang akan mewarnai pemerintahan Provinsi Sulsel yang dipimpin Andi Sudirman. Sebab, Gubernur juga melakukan restruktirisasi pejabat terasnya.
Apakah dia merombak pejabat dan mengangkat personalia pembantunya sesuai kepatutan dan kepantasan dalam rangka mencapai tujuan akhir periode pemerintahannya. Pada titik ini, justru loyalitas, integritas, dan kinerja Gubernur Sudirman yang diuji.
Sebagaimana petuah orang bijak: taro ada taro gau. Apa pun argumentasi dan justifikasinya, waktu jualah yang akan menjawab. Time will tell..