CELEBESMEDIA.ID, Bandung - Ketua Umum Dewan Masjid Indonesia (DMI) Jusuf Kalla atau JK, mendorong masjid kampus untuk bisa lebih berperan dalam memakmurkan masyarakat di sekitarnya.
Hal tersebut disampaikan JK dalam Rapat Kerja Nasional (Rakernas) dan Peringatan Milad ke-20 Asosiasi Masjid Kampus Indonesia di Aula Masjid Salman Kampus ITB, Minggu (21/7/2024).
"Masjid tidak hanya harus dimakmurkan jemaahnya, namun juga harus memakmurkan jemaahnya," kata JK dihadapan ratusan peserta Rakernas.
Ia menambahkan, masjid kampus memiliki perbedaan dengan masjid kampung. Seperti jemaahnya yang banyak dan terdidik, dari kalangan muda serta jemaah yang berganti setiap tahun.
"Sebaliknya masjid kampung itu jamaahnya itu-itu saja dan kebanyakan tua," tambah JK.
Dengan kondisi tersebut, JK menilai, metode yang digunakan juga harus berbeda.
"Di masjid kampus, khatib pun harus berkualitas serta harus dipilih yang muda-muda yang memberi motivasi," katanya lagi.
Pria kelahiran Bone ini juga mengatakan, memakmurkan jemaah masjid ini bisa dimulai dilakukan di kampus-kampus.
Hal itu bisa diawali dengan pemberian pelatihan entepreneur hingga pemilihan khatib-khatib terbaik untuk motivasi para mahasiswanya.
Pada kesempatan sama, JK menilai, kemajuan Islam serta membentuk persatuan bisa dimulai dari masjid. Hal itu pernah terjadi pada abad 11-12, lalu dilanjut pada abad 14 saat Islam maju pesat.
"Ini karena ulama, ilmuwan dan pengusaha bergabung. Sehingga Islam bisa berkembang dengan baik," ucapnya.
Lebih jauh JK mengatakan, umat Islam secara tersirat diminta untuk mampu. Ini karena rukun Islam ketiga yaitu zakat dan naik haji hanya berlaku bagi mereka yang mampu.
Selain itu, umat Islam jangan kalah dalam berdagang dan jangan kaku dalam menghadapi perkembangan zaman. Bagi JK, umat Islam juga harus bangkit dan maju secara ekonomi dan teknologi.
"Contohnya sekarang untuk zakat pun kita bisa tinggal transfer. Kalau dulu kan harus pake beras, sekarang lebih praktis," katanya.
JK juga menyinggung soal seruan di masjid-masjid yang bisa mempengaruhi perekonomian. Seperti seruan untuk memboikot produk-produk Israel hingga turun drastis.
"Seruan itu membuat KFC, MCd dan lainnya turun uingga 50 persen. Fenomena ini membantu produk-produk lokal justru lebih laku," pungkasnya.