CELEBESMEDIA.ID, Makassar - KH Andi Muhammad Tahir, populer disapa Puang Kali Taherong adalah seorang bangsawan. Dia adalah keturunan Raja Lamatti ke-35, Andi Baso Cilellang Deng Siabeng, dan diproyeksikan menduduki Sulewatang berikutnya.
Salah seorang cucunya, Yusuf Ahmad, mengatakan, posisi penting kerajaan itu tak menyilaukan matanya. Malah, Puang Kali Taherong membuat keputusan drastis, meninggalkan segala urusan dunia dan fokus dengan urusan akhirat.
"Dari posisi kebangsawanannya inilah, sebenarnya Puang Kali Taherong itu sangat layak untuk menduduki posisi Sulewatang berikutnya, setelah ayahnya meninggal. Tetapi ada beberapa hal yang membuat akhirnya Puang Ali Taherong tidak mengambil jabatan Sulewatang itu. Ingin mendarmakan dirinya dengan hijrah ke jalan akhirat,” cerita Yusuf Ahmad kepada CELEBESMEDIA.ID di Sinjai, baru-baru ini.
Menurutnya, saat itu, Puang Kali Taherong menunggangi kudanya menuju suatu area persawahan yang berlumpur. “Di situlah, Puang Kali menjatuhkan dirinya ke kubangan lumpur. Katanya, saya ceburkan diri ke dalam lumpur sebagai tanda hilangkan keduniawian,” tambah Yusuf.
Sepulang belajar dari Mekkah, Puang Kali Taherong mulai fokus membina pengajian kitab kuning di Masjid Nur Sinjai. Bahkan, sejumlah ulama ikut bergabung dalam pengajian tersebut. Hal inilah yang menjadikan kota Sinjai dikenal sebagai Bumi Panrita Kitta.
Puang Kali Taherong juga mendirikan Madrasah Al-Islamiyah Al-Wathoniayah, yang kemudian menjadi Pesantren Muallimin Sinjai. Sayangnya, warisan berharga ini tidak dilanjutkan pengembangannya oleh penerusnya.
“Sayangnya keilmuan yang dimilikinya itu tidak diwarisi anak-anaknya. Ada satu anaknya, namanya Kyai Haji Ahmad Tahir yang bisa mewarisi kinerja ke-panrita kitta-nya ini Puang Kali Taherong. Sayangnya, umurnya Kyai Haji Ahmad tidak terlalu panjang. Dia meninggal pada umur 35 tahun. Sehingga Pondok Pesantren Muallimin atau Madrasah Al-Islamiyah Al-Wathoniayah yang didirikannya, tidak ada penerusnya,” jelas Abu Muslim, peneliti Balitbang Kemenag Makassar.
Seorang menantu Puang Kali Taherong mengenang mertuanya sebagai sosok ulama yang memiliki sejumlah karomah. Menurutnya, beberapa kali kejadian, Puang Kali Taherong menembus hujan tanpa basah sedikitpun. Dia juga pernah memadamkan kebakaran besar hanya dengan mengibaskan surbannya.
Salah satu peninggalan Puang Kali Taherong yang fenomenal yaitu naskah tulisan tangannya berjudul Singkeru LimappuloE. Kitab ini berisi tentang 50 pesan-pesan hikmah berkaitan hajat kehidupan ke-Islaman KH Muhammad Tahir, untuk orang-orang yang berada di Sinjai dan Bantaeng.
Selengkapnya kisah tentang KH. Muhammad Tahir dapat pembaca saksikan dalam Program Jejak Ulama Sulsel, yang disiarkan Celebes TV, Ahad (12/5/2019) pukul 17.00 Wita. Siaran streaming Celebes TV dapat diaksses melalui CELEBESMEDIA.ID, yang aplikasinya dapat diunduh melalui Play Store maupun Apps Store.
Penulis : Muannas