CELEBESMEDIA.ID, Jakarta - Professor Kishore Mahbubani menilai Indonesia memiliki modal kuat untuk sukses memimpin G20 pada tahun 2022 mendatang.
Modal tersebut yakni prinsip Bhinneka Tunggal Ika (berbeda-beda tetapi tetap satu) dan budaya musyawarah mufakat sebagaimana tercantum dalam dasar negara Pancasila.
Hal itu diungkapkan Mahbubani dalam kuliah umum bertajuk “Kepemimpinan Indonesia dalam G20: Tantangan Pascapandemi dan Harapan Negara Berkembang” yang digelar Golkar Institute, Rabu (27/10/2021) di Kantor DPP Partai Golkar, Jakarta.
Hadir dan memberikan sambutan, Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto, tampak juga Wakil Ketua Umum Partai Golkar Erwin Aksa. Mahbubani sendiri menyampaikan pandangannya secara virtual melalui zoom.
Prof Kishore Mahbubani merupakan distinguished fellow National University Singapura. Ia juga Dewan Penasihat Golkar Institute, serta cendekiawan terkemuka "Top-100 public intellectuals" menurut majalah Foreign Policy.
Dengan berbagai perbedaan latar belakang persoalan masing-masing negara maupun persoalan bersama, Mahbubani menilai Indonesia bisa menerapkan prinsip bhinneka tunggal ika dalam memimpin G20 untuk merespon isu-isu global.
Demikian pula masalah serius yang melibatkan dua negara besar, yakni konflik kepentingan antara Amerika Serikat dan China, Indonesia pun dapat menerapkan pendekatan kultural musyawarah mufakat. Mengajak kedua negara besar itu bermusyawarah dan bermufakat untuk bersama-sama G20 mengatasi persoalan mereka maupun persoalan bersama seluruh bangsa-bangsa.
Apalagi, menurut Mahbubani, Indonesia memiliki hubungan bilateral yang sangat baik bagi keduanya. Indonesia tidak memihak pada salah satu kepentingan, Amerika Serikat atau China. Tidak banyak negara yang dipercaya oleh China dan AS, sebagaimana Indonesia dalam hubungan dengan kedua negara tersebut secara bilateral.
Dengan demikian, Mahbubani berpendapat, Indonesia bisa dengan mudah mengajak AS dan China duduk bersama menyelesaikan masalahnya, yang berpotensi menyeret persoalan global bila berlarut-larut.
Menurut Mahbubani, persoalan paling serius yang harus menjadi perhatian bersama G20 ialah mengatasi pandemi Covid-19. Kolaborasi adalah kunci utama dan penting untuk mengatasi persoalan pandemi Covid yang borderless, tidak mengenal batas-batas negara dan wilayah.
"Negara-negara G20 harus berkolaborasi memvaksinasi dunia. Saya yakin dunia mau melihat AS dan China berkolaborasi bersama negara G20 lainnya mengatasi isu global saat ini yang dipicu pandemi Covid-19," ujar Mahbubani.
Covid-19 yang menginfeksi seluruh dunia, disebut membawa dampak serius terhadap kemanusiaan. Perekonomian terpuruk, pengangguran meningkat, kemiskinan meluas.
Dengan berkolaborasi membelanjakan 50 miliar dollar AS secara bersama-sama, G20 bisa memvaksinasi dunia. Angka itu tidak ada artinya bagi G20 dibandingkan manfaat yang bisa diperoleh untuk kemaslahatan umat manusia. Menyembuhkan dunia, memulihkan pertumbuhan ekonomi, membuka kembali lapangan kerja untuk mangatasi pengangguran, serta menekan jumlah orang miskin secara global.
"Indonesia harus mempersuasi negara-negara kaya G20 mengumpulkan 50 miliar dollar untuk memvaksinasi dunia," kata Mahbubani.
Selain masalah percepatan dan perluasan akses vaksinasi, serta konflik AS-China, isu-isu global lain yang mendapat sorotan Mahbubani yang harus menjadi fokus perhatian dengan aksi nyata G20 adalah perubahan iklim, mengurasi emosi karbon, serta madalah-madalah kemanusiaan.