KOLOM ANDI SURUJI: Okello Okelah, Adilson Oke ji kah?
HERAN bin lucu juga ya. Suporter tak dapat menyembunyikan rasa senangnya karena ada pemain PSM Makassar yang tidak dimainkan. Bahkan tidak diikutkan dalam rombongan tim untuk lawatan pertandingan tandangnya.
Padahal, suporter yang jago-jago menilai pemain, penampilan dan performa tim, biasanya protes. Setidaknya menyayangkan jika pelatih salah memilih pemain untuk dimainkan dalam suatu pertandingan.
Ekspresi rasa senang suporter atau fans PSM Makassar itu terbaca dalam kolom komentar berita CELEBESMEDIA.id tentang absennya Tito Okello dan Adilson Silva dalam pertandingan tandang PSM Makassar. Diparkir dulu.
PSM mendatangi tuan rumah Malut United di Stadion Kie Raha, Selasa (17/12/2024) sore. Ini pertandingan menarik dan prestius. Kedua tim merupakan representasi belahan timur Indonesia.
Malut memang pendatang baru di Liga 1. Tahta tertinggi kompetisi sepak bola nasional. Sementara PSM tim "flamboyan" yang selalu diperhitungkan. Bahkan lawan selalu berambisi meruntuhkan keperkasaan Pasukan Ramang di mana pun berlaga. Juara kompetisi 2022/23.
Di MU (bukan Manchaster United ya tapi Malut United) ada Yakob Sayuri, eks PSM yang juga pemain Timnas. Ada pula Yance Sayuri. Saudara kembar itu bergabung dengan MU sejak awal musim kompetisi ini.
Boleh dikata, PSM menghadapi mantannya yang kian mempesona di Timnas. Tentu tidak mau kalah, berusaha meraih poin penuh di markas lawan. Lebih lagi MU, pasti tak mau menanggung malu di rumahnya. Tertunduk lesu, pecundang di hadapan fansnya sendiri.
Okello dan Adilson, yang tidak dibawa Tavares ke Maluku, adalah dua striker PSM. Serdadu penggempur pertahanan lawan. Akan tetapi, keduanya dinilai masih underperform. Miskin gol.
Okello baru mencetak dua gol selama bergabung dengan PSM. Ya okelah. Tetapi Adilson masih kosong-nol. Belum satu pun gol yang diciptakannya.
Tidak hanya miskin gol, kalangan suporter malah sangsi akan kinerja Adilson dan masa depan PSM. Di tengah penantian panjang suporter menyaksikan Adilson menyarankan bola di gawang lawan, mencuat pula keputusasaan.
Bahkan sebagian suporter sudah apriori terhadap kinerja Adilson. Soalnya, penampilan Adilson di lapangan, belum tampak gregetnya.
Okelah belum bisa kontribusi gol. Tetapi, setidaknya menampakkan pergerakan mengesankan. Sebab tugas striker adalah mendobrak pertahanan, mengancam gawang lawan.
Sungguh, tidak ada, belum tampak dari Adilson. Yang ada, berlari kalah sama lawan. Duel udara juga selalu kalah. Bahkan kebanyakan jatuhnya.
Striker itu mencetak gol, mengancam gawang lawan. Bukan cuma berlari dan jatuh, kalah dalam setiap perebutan bola. Jangan sampai kompetitor sudah menganggap Adilson bukan ancaman. Parah nianlah.
Tidak jarang terjadi, tim sudah unggul, tetapi skor menjadi seri bahkan kalah setelah Adilson dimasukkan. Boleh jadi, itulah sebabnya Adilson diparkir dulu. Beri kesempatan kepada pemain lain unjuk kemampuan. Kalau Okello, kabarnya sedang sakit. Sudah tiga laga ia absen.
Ada anekdot terkini di kalangan fans sepakbola. Bahwa menjadi pemain PSM, tidak perlu berstatus striker untuk mencetak gol. Terbukti pada diri kapten PSM Yuran Fernandes, maupun Neto Soares. Keduanya, walaupun sebagai bek penjaga pertahanan PSM, tetapi mampu mencetak gol.
Sudah lama juga terdengar suara sumbang kalangan fans. Adilson yang mandul, underperform selalu diturunkan. Sementara ada yang lain dinilai fans bisa berkontribusi signifikan, setidaknya harus dicoba dan diberi kesempatan, tetapi tidak dimainkan oleh pelatih. Sabar dan setia di bangku cadangan. Kadang jaga mess.
Dalam kepercayaan dan tradisi sepakbola di Tanah Bugis, setiap pemain punya sissi' (garis tangan) individual yang bisa membawa keberuntungan kolektif tim. Walaupun performanya biasa saja, tetapi keberadaannya senantiasa mengalirkan energi positif dan membawa keberuntungan kolektif.
Sebaliknya, sissi' individual seorang pemain juga bisa membawa penguruh negatif bagi tim. Diksi kasarnya pembawa sial. Entahlah di sisi mana sissi' Adilson berada.
Pelatih PSM Bernardo Tavares sudah harus introspeksi. Duduk bersama manajemen. Evaluasi menyeluruh tim perlu dilakukan.
Memilah dan memilih kembali pemain sesuai kebutuhan dan tantangan yang dihadapi. Pemain yang harus diistirahatkan ya parkir dulu. Kalau perlu jual ke klub lain.
Pelaut ulung pantang mengeluhkan dan menyalahkan kondisi perahu, keadaan anak buah kapal, serta cuaca dan ganasnya badai samudera. Mereka hanya memilah jalur dan memilih alur arus air laut mana yang akan dilalui. Lalu menentukan kiat yang diterapkan untuk menyiasati tantangan berat agar berhasil berlayar, selamat sampai tujuan.
Itulah makna terdalam simbolisasi perahu pinisi pada logo PSM Makassar. Disematkan pada bagian dada jersey agar spirit pelaut Bugis-Makassar itu meresap menembus ke dalam jiwa dan sanubari setiap pemain.
Tavares harus paham ini. Tabe'.