Home > PSM

KOLOM ANDI SURUJI : PSM Uitzonderlijk...

KATA uitzonderlijk pada judul tulisan ini, dalam bahasa Belanda berati luar biasa. Ya, PSM luar biasa. Sesuatu banget, kata anak millenial. 

Saya sengaja memberi judul tersebut pada tulisan kolom kali ini. Saya peruntukkan buat PSM secara keseluruhan. Terutama kepada William Jan Pluim. Wabilkhusus juga kepada manajemen. 

Tentu bukan karena pemain lainnya biasa-biasa saja. Mereka juga luar biasa. Saya menyebut khusus nama Pluim karena ada alasannya. 

Pertama, Pluim memang berkebangsaan Belanda. Kedua, Pluimlah yang mencetak gol tunggal PSM saat melawan Borneo FC, menyamakan skor 1-1, sehingga PSM berhasil merah poin.

Bermain dengan 10 orang, sejak menit 67, PSM berhasil memaksa Borneo FC bermain imbang, Jumat malam.

Melalui Stefano Lilipay, Borneo lebih dulu menggebrak gawang PSM di menit 64. Hanya tiga menit setelah gawangnya jebol, Akbar Mannan terpaksa dikeluarkan dari lapangan karena dikartumerahkan oleh wasit. 

Mannan melakukan pelanggaran berat sehingga wasit memberinya dua kartu kuning, lalu kartu merah. 

Bermain sepuluh orang dan ketinggalan satu gol, PSM justru tampak lebih giat menyerang. Memang harus begitu. Kalau tidak, mereka akan kehilangan poin. Menderita kekalahan lagi, seperti dalam pertandingan sebelumnya melawan Madura United.

Kemenangan memang butuh perjuangan keras. Bahkan Yuran Fernandes yang dikenal sebagai benteng tangguh barisan pertahanan PSM, terpaksa maju membantu pasukan penyerang. Everton tampak tumpul. Apalagi Kenzo Nambu cedera sehingga tidak dapat bermain. 

Hampir saja Yuran mencetak gol. Dalam perebutan bola udara di mulut gawang Borneo, sundulan Yuran mental di mistar gawang. Bola pantul itu dihajar Pluim, gol. Kedudukan imbang, hingga akhir pertandingan.

Hasil imbang itu mengukuhkan PSM tetap di puncak klasemen dengan poin 33. Padahal PSM masih menyisakan satu pertandingan tunda melawan Barito Putra, dari 17 pertandingan paruh musim kompetisi. 

Dari 16 kali bertanding, PSM hanya sekali kalah. Mereka mengantongi kemenangan 9 kali dan seri 6 kali. PSM mencatatkan cerita itu dalam sejarahnya.

Jika PSM hendak mempertahankan posisinya, maka mereka harus menang saat lawan Barito, agar perolehan poinnya menjadi 36.

Persaingan untuk memuncaki klasemen masih ketat. Persib dan Persija juga mengincar top klasemen sementara. 

Persib memang masih di posisi 5 klasemen dengan skor 30. Namun masih menyisakan satu pertandingan. Sementara Persija yang di urutan 6 masih menyisakan dua petandingan. 

Jika Persib menang, dan Persija mengalahkan dua lawannya, bisa jadi mereka akan melaju ke puncak. Dengan catatan, PSM tidak bisa meraih poin penuh alias kalah. 

PSM masih harus kerja keras. Dengan posisi sebagai pemuncak klasemen dengan rekor hanya satu kali kalah, tak berlebihan judul dan tulisan ini. 

Apalagi jika kita menengok ke belakang mengenai perjalanan PSM. Terseok-seok di awal musim kompetisi. Bahkan boleh dikata menderita sakit dan perlu diinjeksi. 

Karena itulah pemilik klub Sadikin Aksa turun tangan sejak awal musim. Membenahi berbagai organisasi pertandingan. Sampai sistem penjualan tiket yang selalu rawan kebocoran dan pemalsuan. 

Hingga menjelang kompetisi digulirkan, setelah tertunda dua bulan lebih sebagai buntut tragedi Stadion Kanjuruhan, banyak pengamat menilai PSM masih berat untuk sampai pada akhir juara, momentum angkat piala. 

Pada musim kompetisi tahun lalu PSM berada di papan bawah klasemen. Dua peringkat di atas zona degradasi atau peringkat 14.

Menjelang kompetisi 2022/2023 digulirkan, yang tertunda karena pandemi Covid-19, bahkan suporter PSM masih diliputi rasa prihatin yang mendalam. Soalnya PSM tak memiliki stadion sejak dirobohkannya Stadion Mattoanging. 

Untung saja Walikota Parepare Taufan Pawe nekat dan bertekad merenovasi stadion Gelora BJ Habibie untuk digunakan PSM sebagai home-base. Hampir lagi PSM menjadi Klub Musafir sebagaimana beberapa tahun lampau. 

Dan tak kalah hebatnya, para fans PSM. Mereka rela menempuh perjalanan jauh. Sekitar 150 kilometer dari Makassar, dengan berbagai moda angkutan. 

Tidak lain kecuali satu tujuan. Memberi dukungan sepenuh jiwa kepada anak-anak PSM yang bertarung di lapangan. Bahkan banyak di antara mereka yang naik truk, berdiri sepanjang perjalanan yang melelahkan. 

Pokoknya hari pertandingan PSM tak ubahnya hari perang. Korps musik suporter menabuh tambur genderang perang sepanjang jalan yang dilalui. Mereka sukarela, tanpa bayaran. 

Pergerakan belasan ribu suporter itu pun berdampak pada peningkatan ekonomi bagi Parepare. Bahkan pedagang makanan, gogos dan telur di sepanjang jalan pun kecipratan. 

"Kalau PSM main, makanan kita kasi naik dua kali lipat dari biasanya. Habis semua Pak, Alhamdulillah," ujar seorang penjual gogos. 

Dengan catatan dan uraian di atas, bukankah luar biasa prestasi PSM di paruh pertama musim kompetisi ini? Saya yakin, spirit siri' na pacce membuat anak-anak PSM bertekad menunjukkan prestasi yang membanggakan. Baik bagi dirinya maupun seluruh penggemarnya.

Manajemen yang kini dikomandani Sadikin Aksa pun akan terus memperkuat tata kelola agar eksistensi PSM senantiasa memberi efek berganda bagi daerah dan kesejahteraan masyarakat. Sekecil apa pun, namun sangat berarti, terutama orang cilik. 

Perjalanan masih panjang. Ujian bagi Bernardo Tavares sebagai pelatih kepala masih berat. Strategi bertanding harus diprekuat agar tidak mudah dibaca lawan. Endurance pemain masih harus ditingkatkan. 

Dalam suatu wawancara dengan media, Tavares mengatakan, jangan beri tekanan (pressure) kepada anak asuhnya dengan target juara Liga 1.

Harusnya, pressure itu berupa bekerja keras setiap pertandingan. "Jangan berikan pressure lebih kepada pemain-pemain ini. Pressure yang harus kita berikan adalah pressure untuk bekerja keras di pertandingan," katanya.

So, bermainlah. Play the game, Tavares. Dalam bekerja seringkali diperlukan permainan. Dalam permainan dan bermain pun harus disertai keseriusan.

Selamat menjemput kemenangan demi kemenangan di tahun 2023.