Golkar Gagas Koalisi Besar Usung Capres Airlangga Hartarto

Airlangga Hartarto dan Nurdin Halid - (handover)

CELEBESMEDIA.ID, Jakarta - Partai Golongan Karya (Golkar) tengah merancang koalisi besar untuk menghadapi momentum pesta demokrasi yaitu Pemilu 2024.

Tak terkecuali sosok atau figur Ketua Umum DPP Golkar Airlangga Hartarto yang telah diputuskan berdasarkan hasil Rapat Pimpinan Nasional (Rapimnas) I di Jakarta, 5-6 Maret lalu, untuk didorong sekaligus diusung sebagai Capres di 2024 nantinya.

Untuk mengetahui bagaimana strategi dan kesiapan partai berlambang pohon rindang itu dalam menghadapi pesta demokrasi tersebut, berikut pandangan politisi senior golkar sekaligus Wakil Ketua Umum DPP Partai Golkar DR. (HC) Drs. H. A. M. Nurdin Halid (NH).

Petikan wawancara khusus ini terkait hasil Rapimnas dan langkah-langkah taktis untuk bisa mengkapitalisasi dukungan AH dari partai lain, bahwa figur tersebut menjadi kebutuhan bangsa untuk Indonesia ke depan paska berakhirnya dua periode kepemimpinan Joko Widodo selaku Presiden RI:

1. Partai Golkar bertekad menjadi pemimpin koalisi besar pada Pemilu 2024, bagaimana Anda melihat konstelasi politiknya?

Rapimnas kemarin mengeluarkan keputusan yang luar biasa strategis karena percepatan konsolidasi organisasi itu sudah terurai dengan sangat baik.

Apalagi langkah-langkah konsolidasi organisasi itu sudah dilakukan untuk menjadi organisasi modern, dengan menjadi Partai Golkar sebagai pemimpin koalisi besar.

Tinggal bagaimana DPD I dan II mengimplementasikan hal itu demi mencapai tujuan yang diinginkan, mengingat target konsolidasi organisasi harus rampung tahun ini.

Dengan konsolidasi organisasi itulah maka kita bisa memenangkan Pileg (Pemilu Legislatif), Pilpres (Pemilu Presiden) dan kemungkinan juga Pilkada (Pemilu Kepala Daerah) tahun 2024.
Nah, ketika Ketua Umum berbicara bahwa Golkar akan menjadi pemimpin koalisi besar, itu jelas alasannya, karena Golkar merupakan partai pemenang nomor dua, dengan perolehan suara sebesar 12 persen. Angka ini cukup signifikan.

Olehnya, langkah Partai Golkar memang tepat sebagai pemimpin koalisi besar sudah tepat berdasarkan fakta dan realitas saat ini.

Sebagai partai pemenang di urutan kedua, tentu Golkar tidak sulit mendorong dan mengusung AH sebagai Capres. Tinggal ditopang satu partai tambahan untuk berkoalisi.
Tetapi kita tentu berharap tidak hanya satu partai saja yang bergabung dalam koalisi melainkan beberapa partai lain.

Dengan demikian, koalisi besar ini disamping menjamin sistem presidential juga ada keseimbangan dengan legislatif.

Ada check and balances dalam sistem politik yang sehat dan demokratis, sehingga roda pemerintahan ke depan dapat berjalan lebih baik dan berkualitas demi peningkatan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat.

Hal inilah yang menjadi keinginan partai berlambang pohon beringin sebagai pemimpin koalisi besar.

Bukan untuk sok-sokan, bukan hanya untuk kekuasaan, tetapi kekuasaan untuk rakyat.
Nah, ketika berbicara mengenai kekuasaan untuk rakyat maka harus ada keseimbangan antara pihak eksekutif dan legislatif.

Ketika Golkar bisa menjadi pemimpin koalisi besar dan berhasil mendudukan Ketum AH sebagai Presiden, maka roda pemerintahan akan berjalan dengan baik.

Loncatan berpikir Pak Airlangga Hartarto sudah sangat jauh ke depan. Berpikirnya bukan hanya ada ambisi untuk menjadi Presiden, hanya untuk kekuasaan, tetapi bagaimana pemerintahan ini dapat berjalan dengan baik dengan adanya keseimbangan antara eksekutif dan legislatif.

Beliau punya visi besar bagi Indonesia. Itu loncatan besar yang dilakukan Partai Golkar saat ini dan ke depannya.

2. Dalam hasil Rapimnas yang dihelat di Jakarta, 5-6 Maret lalu, hampir semua DPD menyuarakan pencapresan AH pada Pilpres 2024 mendatang, apa tidak terlalu pagi dan tergesa-gesa? Bukankah nanti malah digebuki oleh partai-partai lain?

Justru menurut saya terlambat, harusnya di Munas kemarin sudah diputuskan pencapresan Pak Airlangga.

Kenapa? Karena tahun 2024 itu tidak ada incumbent lagi. Pak Presiden kita sekarang ini kan sudah selesai sebagai Kepala Negara dua periode. Artinya, ini kan medannya sangat luas. Harus mencari ikan di laut lepas.

Dalam artian, ketika hendak mencari ikan di laut lepas, maka mesti dipersiapkan kapal besar, alat pancing yang canggih, logistik yang kuat, itu tidak bisa nanti di ujung semata.

Jadi menurut saya keputusan dalam hasil Rapimnas beberapa waktu lalu malah terlambat.
Namun sekali pun demikian, hal itu sudah merupakan keputusan yang menurut saya sangat strategis, sehingga nanti kita tidak perlu sembunyi-sembunyi.

Golkar itu sudah survey calon sejak awal, kita sampaikan ke rakyat bahwa Golkar itu punya program menjadikan partai politik sebagai pilar demokrasi.

Golkar yang modern, yang ingin mencetak kader-kader yang mumpuni, punya idealisme, punya gagasan, punya karakter, dengan melalui pembinaan di Golkar Institute.

Nah, ini kan loncatan berpikir yang luar biasa. Inilah yang menjadi jualan kita kepada rakyat Indonesia, di samping berbagai program yang berkaitan dengan karya kekaryaan.
Karena Golkar ini kan modal utamanya karya kekaryaan, kerakyatan yang manusiawi.

Energi positif ini harus segera disampaikan kepada rakyat sehingga rakyat bisa menilai Airlangga merupakan sosok atau figur yang diinginkan dan dibutuhkan oleh Indonesia demi masa depan bangsa.

Apalagi beliau menyumbangkan achievement digitalisasi, sebuah tuntunan modern dengan revolusi 4.0 yang harus kita laksanakan dari sekarang. Ini juga adalah salah satu program primadona Pak Airlangga untuk mengelola bangsa ini.

Jadi, menurut saya, pendapat orang, Golkar terlalu cepat memutuskan, ini tidak terlalu cepat.
Memang butuh sosialisasi yang lebih dini dan massif. Persoalan nanti hasilnya apa, itu soal lain.

Indonesia ini yang namanya calon pemimpin, cepat atau lambat, lambat atau cepat sama saja.

Lebih baik dari sekarang, sehingga rakyat ada waktu cukup untuk menilai, daripada dihantam di ujung jadi tidak ada waktu untuk mempertahankan. Itu kalau saya. Pandangan Nurdin Halid. Dan Golkar sekarang sudah bagus, sudah punya calon, jadi rakyat tidak harus “beli kucing dalam karung”.

3. Bagaimana untuk meyakinkan para anggota koalisi bahwa Golkar adalah pemimpin koalisi besar?

Dalam politik, tidak ada teman yang abadi, dan tidak ada musuh yang abadi. Yang ada adalah kepentingan.

Nah kepentingan ini kepentingan apa? Kepentingan bangsa dan kebutuhan bangsa. Kepentingan bangsa dan kebutuhan bangsa inilah yang harus kita jual ke partai lain.
Bila ada kepentingan bangsa yang sama, kebutuhan bangsa yang sama, maka mereka mau bersama-sama Golkar.

Jadi kita di sini bukan bicara kepentingan partai atau kepentingan pribadi, tetapi kepentingan bangsa dan kebutuhan bangsa.

Dengan adanya kepentingan bangsa dan kebutuhan bangsa yang sama pasti nyatu dengan Golkar.

4. Tantangan Pak Airlangga saat ini sangat berat sebagai Ketua Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (KPC-PEN), kalau tidak berhasil bukannya akan jadi bumerang buat Golkar?

Saya melihatnya begini, menjaga kesehatan (rakyat) itu adalah sebuah kewajiban. Tetapi pada waktu yang sama harus ada aktivitas untuk memulihkan ekonomi. Memang tidak mudah.

Tetapi sejauh ini, Alhamdulillah, Pak Airlangga bisa merangkai program yang bisa disetujui oleh Presiden yang berkaitan dengan hal ini.

Sehingga menjaga kesehatan pada satu sisi dan di sisi lain dengan memulihkan ekonomi itu bisa terjadi.

Tanda-tanda ekonomi pulih itu sudah terlihat. Kita tidak terjadi krisis ekonomi yang berkepanjangan, kita tidak melihat ada rakyat yang tidak bisa makan, pengangguran ada di mana-mana, kita tidak melihat itu.

Ini adalah keberhasilan dari pada Bapak Presiden kita melalui program-program yang dicanangkan oleh Menko Perekonomian sebagai Ketua Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional. Ini faktanya.

Untuk itu, jika semua rakyat disiplin melaksanakan program pemerintah, maka pasti (Indonesia) akan berhasil (mengatasi Covid-19 dan krisis ekonomi).

Kalau ini berhasil bukan hanya keberhasilan Pak Airlangga sendiri, tetapi keberhasilan Presiden kita dalam memenej negeri ini melalui Menko Perekonomian.

Artinya keberhasilan ini merupakan keberhasilan Pemerintah beserta seluruh jajarannya. Jadi ini keberhasilan bersama. Tentu rakyat akan menilai, siapa di sini yang mengkoordinir? Namanya Pak Airlangga yang membuat Indonesia bisa keluar dari krisis baik kesehatan maupun krisis ekonomi.

Dengan demikian saya percaya rakyat akan bersimpati dan berempati kepada sosok yang berkontribusi besar penanganan pagebluk  sehingga rakyat akan mencintai dan akan memilih Pak Airlangga.

Karena saya lihat beliau memiliki kepemimpinan yang cool, berkarakter dan yang lebih penting lagi adalah pemimpin yang humanis.

Coba kita lihat saja, beliau tidak grusa-grusu, jarang muncul di televisi tetapi beliau kerja-kerja dan kerja. Dan hasilnya kelihatan.

Sederhana saja kalau kita obyektif, ada enggak pengangguran di mana-mana? Nggak ada rakyat susah makan akibat Covid? Ada nggak krisis kesehatan yang luar biasa seperti ini? Kan gak ada. Itu karena rangkaian program (Pemerintah) yang bisa dilaksanakan secara tertib, konsisten dan disiplin.

Bahkan RI-1 merasa happy dan sangat terbantu di periode keduanya ya?
Iya, dan saya kira apa yang membuat keberhasilan ini adalah keberhasilan Presiden, dan pelaksananya adalah Menko Perekonomian.

5. Bagaimana kalau pesaing kita katakanlah PDI Perjuangan tidak menginginkan kader non-partai mereka menjadi calon Presiden?

Kembali lagi, kita harus menyamakan persepsi dulu, bahwa ada kepentingan yang sama dan ada kebutuhan yang sama.

Jadi kebutuhan bangsa dulu, bukan kebutuhan Partai Golkar. Partai ini kan hanya pilar-pilar, kebutuhan bangsa ini harus disamakan dengan partai-partai yang mau bersama Golkar.
Kalau sudah ada persepsi tentang apa sih yang menjadi kebutuhan bangsa ini untuk tahun 2024 ke depan, atau menghadapi 100 tahun Indonesia emas, Golkar itu sudah punya konsep tentang itu, tentang Negara Kesejahteraan.

Negara Kesejahteraan ini kan merupakan kebutuhan bangsa. Jadi hal inilah yang akan kita tawarkan ke partai-partai yang lain. Kalau persepsinya sudah sama, ada kepentingan bangsa, ada kebutuhan bangsa, inilah yang akan merekatkan dengan partai-partai lain sehingga mereka mau menyatu dengan Partai Golkar untuk (mendukung) Pak Airlangga. Kira-kira begitu.

6. Apa yang harus dilakukan oleh kader-kader di akar rumput untuk mewujudkan visi Indonesia sebagai Negara Kesejahteraan tersebut?

Pertama sosialisasi, jaringan instrumen partai harus menjadi instrumen pemenangan, baik (pemenangan) Golkar maupun (pemenangan) Pak Airlangga.

Setelah sosialisasi, di waktu yang sama sembari konsolidasi organisasi secara menyeluruh secara simultan sampai ke bawah di tingkat desa/kelurahan, bahkan kita rencanakan sampai TPS-TPS.

Itulah kemudian ada karakterdes, sembari melakukan konsolidasi juga kenapa kita harus mensosialisasikan calon Presiden. Atau kenapa Golkar memiliki calon Presiden, itu harus kita sampaikan.

Karena Golkar dengan idealismenya, atau jati dirinya yakni karya kekaryaan, memang untuk kepentingan rakyat.

Golkar memiliki konsep negara Indonesia sejahtera. Bagaimana untuk mensejahterakannya sudah terangkai dalam program Golkar. Itu dulu.

Kalau kita sudah bisa meyakinkan kader maka kita akan punya kader yang militan untuk memenangkan Pak Airlangga. Tidak bisa kita hanya dengan retorika, tidak bisa. Dan itu sudah terurai dengan sangat baik dalam konsep Negara Kesejahteraan. Dan itu adalah andalah Partai Golkar.

7. Perlu langkah konkret untuk mewujudkan konsep Negara Kesejahteraan bagaimana?

Harus ditunjukkan fakta-fakta, antara lain bahwa di Pemerintahan itu begitu Pak Airlangga mendapat kepercayaan dari Presiden, dan ini tidak mudah memegang amanah ini apalagi beliau masih sangat muda, beliau dapat menjalankan tugas yang begitu berat di tengah-tengah masa pandemi.

Tapi alhamdulillah, beliau sudah terlihat dapat melaksanakan tugasnya dengan sangat baik, dan beliau mampu melakukan koordinasi dengan kementerian/lembaga yang lain, sehingga ada sinergitas yang luar biasa dan berjalan dengan baik.

Fakta-fakta ini harus ditunjukkan kepada para kader, dan harus di-announced karena ini bukan retorika tapi fakta.

Contoh sederhananya, adakah pengangguran yang bergelimpangan? Adakah rakyat yang di mana-mana tidak bisa makan? Adakah rakyat yang berguguran? Memang ada Covid, kemudian ada yang meninggal tapi masih jauh dari pada presentasi global. Ini prestasi. Ini sulit dan tidak mudah. Ini lebih sulit dari pada krisis (ekonomi) tahun 1998.

Krisis 1998 tidak susah bagi negara untuk menyelesaikan karena yang terpapar itu konglomerat. Kalau sekarang yang terpapar itu ekonomi kecil, ekonomi mikro, koperasi dan lainnya. Jadi lebih susah.

Tetapi pelan-pelan Indonesia bisa bangkit lagi. Nah, itu kan sebuah keberhasilan. Itulah yang bisa kita tunjukkan kepada kader-kader Golkar. Sehingga ada sugesti yang kuat bahwa inilah pemimpin Golkar yang mampu menjadi pemimpin bangsa.

8. Tentang target vaksinasi bagaimana supaya dapat berjalan lebih cepat?

Sederhana saja, ketika Presiden sebagai orang pertama di negeri ini divaksin, jumlah orang yang terkena (Covid-19) masih di atas dua digit, antara 11-13 ribu.

Tapi setelah Presiden dan tenaga Kesehatan divaksin, yang terkena Covid kan langsung menurun drastis, sudah hampir setengahnya.

Hal ini menunjukkan bahwa vaksin sangat bermanfaat. Tidak sulit kita untuk menterjemaahkan itu. Sekarang saja DKI yang tadinya zona merah kan sudah turun. Dan pembatasan sosial hingga ke RT/RW itu merupakan satu terobosan agar Covid bisa tuntas dan pulang kandang he-he..

9. Sebagai kader senior, apa pesan Anda buat para kader Golkar?

Kekuatan Golkar terletak pada kadernya. Golkar tidak dimiliki siapa-siapa. Berbeda dengan partai lain yang identik dengan orang.

Kalau Golkar itu terbuka. Maka Ketua Umum Golkar dan seluruh jajaran harus paham itu.
Golkar tidak boleh ada faksi-faksi. Di Golkar itu harus kompak dan solid karena dimiliki oleh seluruh kader.

Tidak ada tokoh yang bisa mengklaim bahwa Golkar ini punya saya. Atau misalnya partai lain, Gerindra identik dengan Pak Prabowo, Nasdem identik dengan Pak Surya Paloh, PDIP identik dengan Bu Mega, Demokrat identik dengan Pak SBY. Golkar enggak.

Golkar ini selalu dinamis bahkan selalu menjadi bahan pembicaraan di publik, tapi di balik dinamisasi itu jangan sampai mengarah pada perpecahan.

Oleh karena itu pemimpin Golkar, dari mulai Ketua Umum sampai ke seluruh jajarannya harus mampu mengakomodir seluruh kepentingan kader.

Tidak boleh membeda-bedakan, khususnya dalam pelayanan apapun. Apalagi, salah satu ikrar daripada Pancabakti Partai Golkar adalah “kami warga Golongan Karya adalah pembina persatuan dan kesatuan bangsa yang berwatak setiakawan.”

Bagaimana kita mau mempersatukan Indonesia, bagaimana mau membina persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia kalau kader Golkar cakar-cakaran. Itu yang harus dipahami oleh seluruh kader Golkar. Itu kritikan saya.

10. Anda optimis soliditas dan kekompakan di Golkar masih bisa dijaga?

Kalau tidak dijaga berbahaya. Ini berkat kepemimpinan humanis dari Ketum kita Pak Airlangga Hartarto.