KOLOM ANDI SURUJI : Memuliakan Warga Makassar...

Calon Wali Kota dan Wakil Wali Kota Makassar, Munafri Arifuddin - Aliyah Mustika Ilham (MULIA) - (foto by Akbar)

DALAM demokrasi, pilkada merupakan salah satu proses yang harus dijalankan dan dilalui untuk mendapatkan pemimpin yang tepat. Ya, tepat dalam arti luas. Kepemimpinannya, keteladanannya, ahlak dan moralnya, dan sebagainya.

Pilkada itu pun sendiri memiliki proses dan tahapan-tahapan dari persiapan hingga pelantikan pemimpin terpilih. Misalnya, tahapan kampanye. Calon memperkenalkan diri, mensosialisasikan program strategis, hingga menjanji dan mengajak masyarakat menggunakan hak pilihnya. 

Muaranya, tentu saja calon membujuk masyarakat untuk memilih dirinya. Tak kalah pentingnya setelah mencoblos, ialah menjaga suara pemilih agar tidak menghilang.

Saya berupaya menelisik program strategis kandidat walikota dan walil walikota Makassar dari berbagai media. Sebagai orang luar, dalam arti bukan pemilih karena penduduk (KTP) Jakarta, saya melihat dan meyakini program MULIA (Munafri Arifuddin - Aliyah Mustika) lebih rasional, dapat dilaksanakan dengan cepat.

Program MULIA menurut penilaian dan pandangan saya sangat strategis dan menyentuh substansi paling mendasar persoalan kehidupan masyarakat Kota Makassar. MULIA tidak mengajak masyarakat bermimpi mengawang-awang dengan jargon muluk-muluk yang dihayalkan pun tidak masuk akal. 

MULIA yang saya pahami, melihat persoalan rakyat secara mikro dan akurat. Sangat gampang dibayangkan dan diterima akal sehat bagi masyarakat yang berpikir logik.

Apa sih persoalan mendasar masyarakat? Ekonomi, kemiskinan, kesulitan hidup, biaya hidup. Semakin hari melambung tinggi meninggalkan pendapatan jauh di belakang. 

Akibatnya himpitan beban biaya hidup kian berat. Membuat masyarakat kota ini stress. Tidak sehat jiwa dan pikirannya. Dampak lanjutannya berpotensi menimbulkan berbagai perilaku menyimpang (disorder) di kalangan masyarakat.

Teori ekonomi, strategi mengatasi kemiskinan mengajarkan bahwa jika pemerintah (level apa pun) tidak mampu menaikkan pendapatan rakyat, maka upayakanlah sekuat tenaga dengan segala daya agar pengeluarannya (biaya hidup) warga tidak naik secara signifikan. Lebih oke lagi jika pemerintah mampu menekan dan mengurangi beban biaya hidup warganya.

Nah, dalam program strategis MULIA, tampaknya sudah mencakup poin-poin itu secara gamblang. Gratis iuran sampah, gratis seragam sekolah SD sampai SMP, gratis sambungan baru jaringan air bersih (PDAM). Inilah sedikit di antara begitu banyak program solusi MULIA yang membumi, menyentuh langsung akar persoalan masyarakat.

Wahai warga kota Makassar yang mulia...! Bukankah tiga hal itu telah dirasakan menjadi problem rutin yang secara berkala datang membikin mumet pikiran dan menyusahkan hati warga Makassar?

Setiap hari warga mengomel soal sampah. Bayar tapi tidak tertasi. Berserakan dimana-mana. Seragam sekolah juga selalu bikin pusing orang tua. Mau kasi sekolah anak malah susah. 

Air bersih apalagi. Musim hujan kebanjiran, musim kemarau kesulitan air besih. Bahkan untuk minum dan memasak pun sebagian warga harus antre, membeli air yang tidak kecil biayanya.  

Dengan tiga program itu saja, dapat diyakini akan besarnya manfaat yang kelak dinikmati dan dirasakan langsung oleh masyarakat. Itulah hakekat dan tujuan mulia menjadi pemimpin dan administrator kota oleh Munafri dan Aliyah.. 

Jika jawabannya ya, maka program MULIA berarti bukanlah hayalan di dunia maya tetapi hadir terasa di dunia nyata. Dalam kehidupan keseharian warga.

Program MULIA datang mengetuk pintu rumah, merangkul hati yang terdesak biaya hidup. Memeluk jiwa-jiwa yang kesepian di tengah hiruk pikuknya gaya metropolitan Makassar yang dihayalkan sebagai kota metaverse.

MULIA akan mengangkat masyarakat yang terpinggirkan oleh penguasa yang hanya memikirkan diri, keluarga dan kroninya. 

Stop menghayal. Sambutlah MULIA yang hadir menawarkan program strategis, nyata, dan sungguh dapat dilaksanakan dengan cepat. 

Hanya untuk memuliakan dan kemuliaan warga Makassar. Warga Makassar berhak mendapatkan kemuliaan itu. Tentu saja hanya dari pemimpin yang berhati mulia, Munafri dan Aliyah.