KOLOM ANDI SURUJI : Babak Baru Drama Piala Dunia

. Sabtu, 03 Desember 2022 14:28
Seremoni pembukaan Piala Dunia 2022 Qatar - (foto by @fifaworldcup/instagram)

EPISODE pertama drama panjang Piala Dunia FIFA di Qatar telah berakhir, Sabtu dinihari. Tinggal hitungan jam babak baru pementasan di panggung sepakbola sejagat raya akan dimulai. Ceritanya pasti akan semakin seru.

Babak putaran pertama, 32 besar kesebelasan dari seluruh penjuru dunia mempertaruhkan harga diri, agar dapat lolos ke putaran kedua 16. 

Begitulah sepakbola, harga diri bangsa. Candu bagi penggemar bola. Suporter rela merogoh kantong sendiri untuk datang ke stadion tempat berlaga tim jagoannya. Di benua mana pun itu. 

Tetapi sistem pertandingan mengharuskan ada 16 tim nasional yang harus tersingkir untuk memberikan jalan bagi 16 tim lainnya melangkah ke putaran pertarungan yang tentu akan lebih sengit. Begitulah aturannya untuk mendapatkan tim juara. 

Keseruan episode pertama 32 besar, karena terjadinya begitu banyak kejutan. Betapa Arab Saudi menghentak dunia ketika menggebrak tim juara dunia dua kali Argentina dengan kemenangan 2-1 untuk Arab Saudi. 

Demikian juga ketika tim samurai Jepang menghantam "si tembok Berlin" dan "panser" Jerman, juga dengan skor 2-1. Kejutan, karena Jerman adalah pemegang gelar empat kali juara Piala Dunia. 

Jerman sudah pulang kampung angkat koper berisi cerita sedihnya. Para pendukungnya, mungkin masih membicarakan kepedihan sembari menghangatkan tubuh di musim dingin dengan bergelas-gelas gluehwein panas, minuman jenis anggur (wine) semacam air tape manis di Indonesia. 

Saya pernah mencoba minuman itu ketika menonton konser musik peringatan runtuhmya Tembok Berlin, bersama teman Jerman saya 14 tahun silam di Berlin. Badan hangat, tak merasakan dinginnya salju. Tetapi tubuh oleng tidak keruan, miring kiri serong kanan. Sempoyongan ke depan dan belakang. Kasihan juga teman perempuan Jerman saya menyangga tubuh saya agar tak roboh hingga konser bubar. 

Kesedihan dan kekecewaan saya sebagai fans Jerman sejak Piala Dunia 1978 tidaklah seberapa. Itulah sepakbola, "bola itu bundar" banyak faktor penentu sebuah tim menemukan performa terbaiknya. 

Teman saya Pirota, orang Malta lebih sedih karena tim kesayangannya, Italia justru tersingkir di babak kualifikasi Piala Dunia 2022. Pirota bukan hanya pendukung tim sepak bola Italia. Ia juga seorang marketer Italia. Fasih menjelaskan produk Italia, seperti sepatu, tas, jaket kulit. 

Timnas Italia yang tercatat empat kali juara dan meraih Piala Dunia, hanya menang sekali dan imbang empat kali dalam lima laga terakhir. Akibatnya, Italia gagal lolos ke Qatar. Mereka hanya mampu meraih posisi runner-up Grup C di bawah Swiss, yang masih bertahan di Qatar. Tragisnya, Italia digasak satu gol tanpa balas oleh Makedonia Utara di babak playoff.

Argentina, Brazil, Inggris, Prancis, Spanyol adalah deretan tim juara dunia yang masih bertahan. Brasil, negara pengoleksi trofi Piala Dunia terbanyak dengan 5 piala, diikuti Italia (4), Jerman (4), Uruguay (2), Argentina (2), Perancis (2), lalu Inggris, dan Spanyol.

Uruguay yang memiliki sejarah panjang sepakbola, bahkan mencatatkan diri sebagai peraih trofi Piala Dunia (Jules Rimet) pertama tahun 1930, pun sudah gugur. 

Silakan mengutak-atik prediksi sendiri. Analisis kekuatan dan kelemahan tim jagoan. Juga lawan-lawan yang bakal dihadapi.

Satu tim meraih kemenangan atau menderita kekalahan, ditentukan sangat banyak faktor. Kondisi individu pemain, performa tim, kekuatan dan kelemahan lawan, harus dianalisis secara komprehensif dalam menentukan starter maupun saat pergantian pemain.

Kecuali faktor teknis, juga ada faktor nonteknis yang kadang terjadi di luar jangkauan nalar. Itulah mengapa orang sering mengatakan "bola itu bundar". Perdebatan panjang tentang penampilan satu tim pada satu pertandingan, biasanya juga berakhir dengan kalimat: "Ya itulah sepakbola, bola bundar".

Masih adakah kejutan yang akan disuguhkan tim non-juara, seperti Korsel, Jepang, Senegal, Maroko? Atau kejutan lain yang menimpa tim juara dan unggulan? 

Yang pasti, ketegangan di babak 16 besar untuk menentukan 8 besar pemenang menuju putaran semifinal, bakal semakin seru. Sistem pertandingan, kalah ya pulang. Angkat koper, atau tinggal menonton di tribun.

Tangis haru kemenangan, atau tangis pilu dan ngilu kekalahan, masih akan berlanjut kita saksikan. Nyanyian, tarian, dan musik penyemangat akan terus berdentum menggelegar di setiap pertandingan.

Banyak orang memprediksi Brasil dan Prancis akan bertemu di partai penentuan juara. Boleh saja. Tim favorit saya Jerman toh sudah pulang kampung. Saya mulai tidak senang juga padanya karena mendukung LGBT. 

Saya memilih menikmati saja pertandingan demi pertandingan, sebagai hiburan. Drama-drama yang bakal terjadi, termasuk drama kelicikan pemain yang ketangkap teknologi monitor pergerakan pemain dan bola. 

Anggaplah suplemen di tengah kegalauan dunia akan prediksi banyak orang tentang kesuraman prospek ekonomi, inflasi tinggi, krisis pangan dan energi, sampai perang Rusia-Ukraina.

Toh para petani pangan di kampung saya yang semakin terpuruk daya belinya, juga happy-happy aja begadang menyaksikan Piala Dunia, pesta bola, pertarungan gengsi bangsa, empat tahun sekali ini.