Hamas Desak Gencatan Senjata Sebelum Berunding dengan Israel

Gencatan senjata penuh dan penarikan pasukan Israel dari Jalur Gaza, tetap menjadi prasyarat Hamas untuk memulai negosiasi dengan Israel - (foto by Antara)

CELEBESMEDIA.ID, Makassar - Hamas tetap bersikeras adanya gencatan senjata penuh dan penarikan pasukan Israel dari Jalur Gaza sebelum memulai negosiasi dengan Israel.

Kedua hal tersebut menjadi syarat Hamas untuk memulai negosiasi perundingan damai dengan Israel, kata Taher Nunu, penasihat media dari ketua biro politik Hamas, kepada Sputnik sebagaimana yang dikutip dari Antara, Selasa (29/10)

"Sejak awal, kami telah menetapkan empat 'kunci' untuk mencapai kesepakatan yang dapat mengakhiri perang ini. Kunci-kunci itu termasuk gencatan senjata penuh dan penarikan seluruh pasukan dari Gaza, bantuan kemanusiaan serta akses yang bebas, upaya rekonstruksi ... dan akhirnya pertukaran tahanan dengan sandera," kata Nunu pada Senin kemarin.

Ia mengatakan bahwa Hamas menghargai upaya yang dilakukan oleh para mediator dan terbuka untuk menerima proposal baru, namun telah menyampaikan sikapnya dengan jelas.

Pada Minggu (27/10), Presiden Mesir Abdel Fattah Sisi mengusulkan gencatan senjata selama dua hari di Jalur Gaza untuk pertukaran empat sandera Israel yang ditahan oleh Hamas dengan beberapa warga Palestina yang berada dalam tahanan Israel.

Sebelumnya pada hari yang sama, Dmitry Gendelman, penasihat perdana menteri Israel, mengatakan kepada Sputnik bahwa negosiasi di Doha diharapkan berlangsung hingga setidaknya pada Selasa.

Israel mengutus kepala dinas rahasia Mossad, David Barnea, untuk bertemu dengan Kepala Badan Intelijen Pusat Amerika Serikat (AS) /CIA, William Burns, dan Perdana Menteri Qatar Mohammed bin Abdulrahman bin Jassim Al Thani untuk membahas opsi-opsi kesepakatan terkait Gaza.

Pembicaraan yang diadakan di Doha ini telah mengalami kebuntuan selama beberapa bulan karena pemerintah Israel dan Hamas saling menuduh menggagalkan setiap opsi untuk perdamaian.

Setelah militer Israel berhasil membunuh ketua biro politik Hamas, Yahya Sinwar, yang dikenal menentang kesepakatan perdamaian, banyak pihak di Israel melihat ini sebagai peluang untuk merundingkan kesepakatan yang akan memungkinkan pengembalian para sandera yang ditahan oleh Hamas.

Sumber: Sputnik-OANA-Antara