Dicurigai Mata-mata Rusia, Kosovo Tahan Seorang Wartawati

Arsip - Seorang anggota pasukan penjaga perdamaian KFOR berpatroli di daerah dekat perbatasan penyeberangan antara Kosovo dan Serbia di Jarinje, Kosovo, Sabtu (2/10/2021). (foto by ANTARA/Reuters)

CELEBESMEDIA.ID, Makassar – Seorang wartawati Rusia ditahan Kosovo yang merupakan sebuah negara termuda di benua Eropa. Wartawati bernama Daria Aslamova ditahan karena dicurigai sebagai mata-mata militer Rusia.

Diberitakan Kantor Berita Nasional ANTARA melansir Reutres, Menteri Dalam Negeri Kosovo Xhelal Svecla menyatakan pada Sabtu kemarin (7/8/2022) bahwa pihaknya telah menahan wartawati Rusia di perbatasan karena dicurigai sebagai mata-mata dan pihak keamanan sedang mendalami "tujuan" wanita tersebut.

"Banyak negara telah membuktikan bahwa dia terlibat dalam kegiatan mata-mata untuk intelijen militer Rusia dan dia berpura-pura menjadi wartawan," kata Svecla dalam sebuah pernyataan pers. 

Namun Reuters tidak dapat memverifikasi tuduhan Svecla. 

Aslamova, yang sehari-hari bekerja untuk tabloid Rusia Komsomolskaya Pravda, mengatakan bahwa dia telah dibebaskan dan sekarang berada di kota Raska, Serbia. Baik Aslamova maupun Komsomolskaya Pravda tidak menanggapi tuduhan otoritas Kosovo terhadapnya. Svecla mengunggah di halaman Facebook-nya beberapa foto wartawati tersebut bersama Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov dan satu lagi dengan Presiden Suriah Bashar al-Assad. 

Rusia adalah sekutu utama Serbia dan seperti halnya Beograd, menentang kemerdekaan Kosovo. Ketegangan antara Kosovo dan Serbia, dua negara Balkan barat yang bertetangga itu, telah berkobar baru-baru ini dan memuncak pekan lalu setelah Kosovo mengatakan akan mewajibkan orang Serbia yang tinggal di utara negara itu menggunakan pelat nomor mobil Serbia untuk mengajukan pelat yang dikeluarkan oleh lembaga di Pristina. Tapi kewajiban itu kini telah ditunda.

Etnis Serbia berjumlah sekitar 5 persen dari populasi Kosovo, yang 90 persennya adalah etnis Albania. Kosovo bergabung dengan Uni Eropa dan Amerika Serikat mengutuk invasi Rusia ke Ukraina dan juga ikut memberikan sanksi.