Waspada Berdesakan Dalam Kerumunan, Ini Bahayanya
CELEBESMEDIA.ID, Makassar - Beberapa waktu terakhir publik ramai membincangkan tragedi Halloween di distrik Itaewon, Seoul Korea Selatan.
Data terakhir yang dihimpun hingga Selasa (1/11/2022), jumlah korban tewas sudaj sebanyak 156 orang. Umumnya yang tewas akibat henti jantung.
Dikabarkan, saat kejadian kondisi distrik tersebut sangat padat. Ribuan orang berkerumun merayakan Halloween saat itu.
Dalam dunia medis berdesakan dalam kerumunan memang berbahaya dan akibat berakibat fatal pada kesehatan.
Bahaya berdesakan di kerumunan
Dokter yang tergabung dalam Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia (PERKI) dr. Vito Anggarino Damay menjelaskan bahaya jika orang-orang berdesakan dalam kerumunan yakni kekurangan oksigen hingga henti jantung.
Melalui pesan videonya, ia mengatakan, ketika orang-orang berada dalam kerumunan dan berdesakan dengan orang lain, maka napasnya menjadi kurang lega dan ada risiko dada terhimpit sehingga menyebabkan dia tidak bisa bernapas dengan baik.
"Oksigen akhirnya terganggu. Tubuh mengalami kekurangan oksigen," kata Vito yang dilansir dari ANTARA, Selasa (1/11/2022).
Hal ini, sambung dia, diperparah dengan situasi yang tidak terkendali sehingga ketegangan dan adrenalin muncul. Menurut Vito, karbondioksida lebih banyak sehingga pembuluh darah menjadi kuncup. Akibatnya, oksigen tidak bisa terhantar dengan baik karena fungsi jantung sebagai pompa pembuluh darah dan penghantar oksigen juga mengalami kekurangan oksigen.
"Bayangkan jantung sebagai pompanya saja tidak dapat oksigen juga. Inilah yang menyebabkan terjadinya henti jantung," tutur Vito.
Vito mengatakan, henti jantung karena hipoksia atau kekurangan oksigen dalam sel otot jantung menyebabkan terjadinya detak jantung semakin lambat bahkan asistol atau henti jantung dengan tidak adanya detak jantung.
Orang yang mengalami hipoksia yang dapat dikenali antara lain pusing, sesak, mata berkunang-kunang, keringat dingin dan lemas. Menurut Vito, terjadinya hipoksia pada setiap orang variatif.
Namun, dia mengingatkan, ketika hipoksia terjadi dalam waktu enam menit maka kerusakan sel otak permanen bisa terjadi.
Pertolongan pertama pada orang yang mengalami henti jantung
dr. Vito Anggarino Damay mengatakan, salah satu cara menolong mereka dengan kondisi henti jantung ialah melakukan cardiopulmonary resuscitation (CPR) atau resusitasi jantung paru (RJP), yang dikenal sebagai pijat jantung.
"Pijat jantung dapat menolong meningkatkan survival sampai 40 persen dan bahkan dilakukan tanpa menggunakan bantuan napas," kata dia.
Caranya, pertama letakkan dia di permukaan yang rata dan keras. Setelahnya, ekspos dadanya tekan bagian tengahnya dengan ujung telapak tangan. Kaitkan satu tangan di atas tangan lainnya, lalu lakukan pijat (tekan) dengan cepat dan keras, 100 kali per menit.
Pakailah kekuatan dari bahu dan berat badan orang yang melakukan CPR, bukan dari sikut. Jadi, ketika memijat posisi sikut tegak lurus, sementara badan dan pundak yang bergerak turun. Lakukanlah pertolongan ini sembari menunggu tenaga medis membantu.