Ketahui Alasan 5 Tahun Pertama Pernikahan Itu Berat

Ilustrasi pernikahan - (foto by pixabay)

CELEBESMEDIA.ID, Makassar – Setiap orang pastinya ingin kehidupan rumah tangganya berjalan harmonis. Meski kehidupan awal pernikahan terasa sangat menyenangkan dan dipenuhi cinta, tapi bukan berarti tidak ada masalah yang mungkin terjadi di kemudian hari.

Psikolog Klinis, Marsha Tengker menjelaskan jika tiap pasangan akan mengalami beberapa fase dalam kehidupan pernikahan mereka, yang tentu saja tidak hanya akan diisi dengan kebahagian tetapi juga ada konflik yang menguji komitmen tetap bersama.

“Fase pertama memang seperti masa honeymoon, masih cinta-cintanya, mau berduaan terus. Waktunya mungkin pada 1 hingga 2 tahun pernikahan. Namun setelah itu baru ke fase-fase selanjutnya misalnya fase kedua dimana kita baru menyadari ternyata pasangan kita juga punya kekurangan yang biasanya memunculkan konflik-konflik kecil. Lalu ke fase ketiga dimana kita mendapati keinginan kita berbeda dengan yang diinginkan pasangan,” jelas Marsha yang dikutip dari akun parentalk,id, Rabu (26/10/2022).

Lalu apa alasan mengapa 5 tahun pertama disebut sebagai masa kritis, atau masa terberat dalam pernikahan?

Marsah menjelaskan dalam 5 tahun pertama pernikahan akan ada fase dimana tiap pasangan dihadapkan pada realita . Sealin itu tiap pasangan juga akan memikul tanggung jawab yang lebih besar sehingga masing-masing dari mereka harus bisa mengesampingkan ego untuk menghindari konflik.

“Biasanya kita punya keninginan berbeda dengan pasangan. Jadi rasanya kok ini beda banget nih. Ada banyak hal yang tidka bisa terpenuhi dari pasangan , dan kita merasa harus saya yang penuhi. Pada fase ini sering terjadi konflik,” lanjut Marsha.

Alasan lain 5 tahun pertama merupakan masalah sulit pernikahan karena dari sisi praktek tiap pasangan harus belajar mengatur keungan bersama, mengatur ritme rumah tangga dan saling berbagai tanggung jawab.

Namun dari sekian banyak konflik, kunci untuk melalui masa kritis di 5 tahun pertama pernikahan kata Marsha adalah komunikasi dan membuat diri untuk tetap merasa nyaman.

“Kuncinya bagaimana kita bisa tetap tenang melewati itu semua. Dan menyeimbangkan melewati rasa beratnya. Solusinya juga fokus ke diri sendiri  saat ada masalah besar harus tetap lebih mengutamakan pada kenyamanan diri, sebab jika diri kita merasa nyaman maka otak akan lebih bisa berpikir jernih,” tutupnya.