Tips Mengatasi Pengaruh Negatif Internet Bagi Anak

Ilustrasi - (foto by Pixabay)

CELEBESMEDIA.ID, Makassar – Banyak hal yang didapatkan dari internet, mulai dari kemudahan mendapatkan informasi hingga ke pertemanan. 

Namun bak simalakama, internet juga memberikan dampak negatif, utamnaya bagi anak-anak dan remaja

Selain bisa menjadi candu, konten negating yang menjadi tontonan anak bisa merusak pola pikir mereka. 

Psikolog, Kartika Cahyaningrum  mengungkapkan usia anak yang muah terpapar dampak negatif internet yakni 17 tahun ke bawah yang masuk kategori anak-anak dna remaja

“Sebenarnya mulai dari anak-anak sudah mulai terkontaminasi hingga remaja. Usianya 17 ke bawah.  Karena kalau usia 17 tahun ke atas mereka sudah memiliki pola pikir sendiri, “ kata Kartika kepada CELEBESMEDIA.ID.

“Jadi baiknya memang mulai mendidik anak sejak dini,” sambungnya. 

Dalam mendidik anak untuk menjauhkan dampak negatif internet, baiknya dilakukan berdasarkan usia. Sebab akan beda batasan yang harus dilakukan antara anak dan remaja

“Perhatikan dulu usia anak. Jika remaja baiknya lebih menaggap sebagai teman. Berteman dengan temannya. Kita juga berteman dengan anaknya. Jadi bukan menasehati tepi lebih ke diskusi,” kata psikolog yang akrab disapa Tika ini. 

“Kalau ke anak yang lebih kecil kita bisa menetapkan aturan yang lebih jelas. Misalnya kapan mulai mengakses . Konten apa saja yang diakses,” lanjutnya.

Cara Mengatasi Dampak Negatif Internet Bagi Anak dan Remaja

Psikolog yang bekerja di LPPT (Lembaga Pengembangan Psikologi Terapan) Widya Prasthya Makassar ini membeberkan beberapa langkah yang harus dilakukan orang tua untuk mengatasi dampak negatif internet bagi anak dan remaja. 

1. Orang tua perlu update platform yang sering diakses oleh anak 

2. Orangtua harus tahu kebijakan- kebijakan dari platform yang sering digunakan anak.

3. Mendampingi anak – anak dalam menggunakan internet. Menggunakan parenting kontrol yang dapat membantu dalam mengontrol anak.

4. Membangun komunikasi dengan anak sehingga terjalan kedekatan antara anak dan orang tua. 

Kartika juga menegaskan jika orang tua perlu menyadari selain kebutuhan fisik anak – anak juga membutuhkan kebutuhan psikis. 

“Orang tua harus lebih sadar anak-anak bukan hanya membutuhkan materi atau kebutuhan fisik, tetapi psikisnya juga. Dari waktu sibuk orang tua tetap sempatkan berkomunikasi dengan anak. Misalnya di pagi hari tanyakan keadaannya atau di akhir hari menanyakan apa saja yang terjadi. Berikanlah waktu 5-10 menit untuk anak bercerita,” tutupnya.