3 Manfaat Puasa Bagi Psikologi Anak

Psikolog UNM, Widya Astuti - (ist)

CELEBESMEDIA.ID, Makassar - Berpuasa ternyata tidak ada hanya bermanfaat bagi tubuh, tetapi juga mememiliki manfaat bagi psikologi. Puasa Ramadan menyebabkan banyak perubahan fisiologis, biokimiawi, metabolisme, dan spiritual dalam tubuh. Perubahan saat puasa tersebut di antaranya memberikan ragam manfaat pada kesehatan jiwa atau psikologis.

Psikolog Widya Astuti mengatakan ada baiknya mengajarkan anak untuk mulai berpuasa sejak ini, utamanya saat di bulan Ramadan.

“Tiap anak berbeda-beda tergantung kesiapannya.Tetapi ada salahnya melatih anak sejak mereka punya keinginan untuk ikut berpuasa. Intinya bukan memaksa anak untuk berpuasa, tetapi mengajar anak untuk belajar menahan diri,” jelasnya kepada CELEBESMEDIA.ID, Rabu (13/4/2022). 

Widya juga menjelaskan mengajarkan anak berpuasa harus dilakukan secara bertahap. Penting memberikan penghargaan bagi anak yang telah berhasil menyelesaikan puasa selama sebulan penuh.  

“Jangan lupa berikan penghargaan atas upaya anak dalam menjalankan ibadah puasanya, baik dengan pujian maupun hadiah yang kecil,” ucapnya. 

Psikolog Universitas Negeri Makassar (UNM) ini juga memaparkan beberapa manfaat berpuasa bagi anak. 

1. Meningkatkan kesabaran

Berpuasa dapat melatih anak untuk lebih bersabar. Bersabar dalam menahan lapar dan dahaga dari waktu fajar hingga terbenamnya matahari dan sabar menahan diri dari segala bentuk perbuatan yang dapat membatalkan puasa atau menghanguskan pahala.

2. Menumbuhkan rasa empati

Widya Astuti mengatakan berpuasa akan menumbuhkan kemampuan anak untuk belajar berempati. Empati adalah salah satu perasaan peduli terhadap orang lain sehingga membuat orang lain merasa lebih baik atau bahagia. Dengan begitu, menjalankan ibadah puasa akan membuat anak lebih mudah untuk berbagi pada orang lain yang berkekurangan.

3. Mengajarkan menahan diri

Saat puasa, anak merasakan keadaan di mana harus menunda keinginan untuk melakukan hal-hal yang biasa dilakukan, seperti makan, minum, maupun ekspresi marah lainnya. Proses menahan diri itu pun dapat menyebabkan munculnya perasaan kesal, stres, atau tidak sabar. Akan tetapi, puasa melatihanak  untuk mengendalikan keadaan tersebut dengan lebih baik dan membuatnya menjadi hal yang biasa.