Nikah Muda Rawan Perceraian? Ini 4 Tips dari Psikolog

CELEBESMEDIA.ID, Makassar - Pernikahan ibarat berlayar di laut lepas. tidak  ada yang bisa menebak jalur seperti apa yang akan dilalui, apakah bergelombang atau tenang, entah cerah atau justru mendung. 

Begitu pula pernikahan, tiap pasangan tak bisa memprediksi hal apa saja yang akan terjadi dalam rumah tangga mereka. Karena alasan inilah tiap sebelum menetapkan komitmen untuk mengikat janji suci dalam sebuah pernikahan harus disertai pemikiran yang matang. 

Kadang pula pernikahan dikaitkan dengan usia. Bebebrapa orang berpendapat pasangan menikah di usia muda rentan bercerai. Ternyata kematangan pemikiran seseorang tidak dilihat dari usia. Psikolog Kartika Cahyaningrum menjelaskan berdasarkan teori tahapan perkembangan, memang ada kaitan antara usia dengan kesiapan dalam pernikahan. Namun, tidak dapat dipungkiri pula selain usia kronologis atau usia lahir seseorang hal yang paling utama yang perlu ditinjau juga usia mental seseorang.

“Saat saya melakukan konseling pernikahan tidak jarang juga saya temui pasangan muda dengan pola pikir yang matang dan sudah siap untuk menikah dan ada pula seseorang dengan usia yang terbilang sudah memasuki usia dewasa madya bahkan dewasa akhir tetapi masih merasa belum siap untuk membangun komitmen dengan seseorang apalagi memikirkan untuk menikah,” jelasnya kepada CELEBESMEDIA.ID, Jumat (11/3/2022). 

Psikolog yang bertugas di Lembaga Pengembangan Psikologi Terapan Widya Prasthya Makassar memaparkan ada beberapa hal yang dapat dilakukan untuk menjaga pernikahan agar tetap harmonis meskipun pasangan tersebut menikah di usia muda. 

1. Jaga komunikasi

Hal paling utama dalam membangun hubungan ataupun komitmen adalah komunikasi. Komunikasi yang sehat yaitu komunikasi yang dua arah. Mau mendengarkan satu sama lain. Mau menurunkan ego masing-masing saat berkomunikasi. Mau meluruskan hal yang salah dalam komunikasi. Mau membicarakan segala hal dengan pasangan. Komunikasi  yang baik akan mempengaruhi  kualitas hubungan menjadi lebih baik. 



2. Komitmen

Komitmen juga menjadi hal yang penting untuk dimiliki dan dijaga. Karena perasaan suka, sayang, cinta itu kurun waktunya tidak lama. Yang menggantikan setelah itu adalah komitmen. Sehingga sebelum menikah perlu dibahas sejak awal terkait komitmen seperti apa yang dibutuhkan oleh masing-masing pasangan. 



3. Tujuan yang ingin dicapai bersama

Pasangan yang menikah perlu memiliki tujuan yang ingin dicapai bersama. Tujuan tersebut jangan terhenti saat mereka  tercapai. Terus buat target pencapaian lainnya. Karena hal tersebut dapat mempererat lagi komitmen dan hubungan yang mereka miliki. Kehidupan pernikahan pasangan tersebut juga akan selalu dinamis dan terhindar dari hubungan yang monoton dan membosankan. 



4. Me time dan couple time

Pentingnya berikan waktu “me time” untuk pasangan melakukan hobi, kesenangan, atau apapun yang masing-masing pasangan ingin lakukan sendirian tanpa pasangannya. Dan juga luangkan waktu untuk pergi berdua meskipun sudah memiliki anak. Perlu adanya waktu yang pasangan habiskan berdua saja. Dengan menyediakan waktu sendiri dan waktu bersama pasangan juga dapat menghindari kebosanan dalam pernikahan dan juga membangun kembali harmonis dan romantisnya pasangan tersebut.



Lelah itu biasa, kecewa itu wajar. Namun, percayalah dalam pernikahan bukan tentang seberapa kali engkau lelah dan kecewa, melainkan tentang seberapa ikhlas engkau menyayangi, seberapa teguh tiap pasangan  memegang komitmen dan bertahan.