Google Blak-blakan Cara Blokir 5,1 Miliar Iklan Palsu

Ilustrasi - (foto by pixabay)

CELEBESMEDIA.ID, Makassar - Google baru saja mengumumkan telah memblokir 5,1 miliar iklan dan menghapus 1,3 miliar halaman web.

Google juga membatasi penayangan 9,1 miliar iklan yang dicurigai sebagai modus penipuan sepanjang tahun 2024.

Angka ini tidak jauh berbeda dari data tahun sebelumnya 2023 yang Google memblokir lebih dari 5,5 miliar iklan dan mengambil tindakan terhadap 2,1 miliar halaman penerbit.

Cara Google Blokir Iklan Palsu

Raksasa mesin pencari tersebut menjelaskan bahwa dengan memanfaatkan model bahasa besar (large language model/LLM) dan tanda-tanda seperti penyamaran bisnis serta detail pembayaran ilegal, mereka berhasil menangguhkan sebagian besar akun pengiklan palsu sebelum iklan sempat ditayangkan, sebagaimana dilansir dari Tech Crunch pada Rabu.

General Manager Ads Safety Google Alex Rodriguez menjelaskan Google membentuk tim khusus yang terdiri atas lebih dari 100 ahli dari berbagai divisi, termasuk tim Ads Safety, Trust and Safety, serta peneliti dari DeepMind.

Tim ini menganalisis iklan deepfake dengan modus penyamaran menjadi tokoh publik dan mengembangkan langkah-langkah teknis untuk merespons tindakan penipuan tersebut.

Google pun berhasil menemukan iklan deepfake ini dengan memanfaatkan  50 peningkatan berbasis LLM untuk memperkuat sistem penegakan kebijakan keamanan di seluruh platformnya.

“Model AI ini sangat penting bagi kami dan telah memberikan peningkatan yang luar biasa, tapi kami tetap melibatkan manusia dalam setiap proses,” ujar Alex Rodriguez, sebagaimana yang dikutip dari Antara, Kamis (17/4).

Tahun lalu, Google memperkenalkan lebih dari 30 pembaruan kebijakan iklan dan penerbit serta langkah teknis lainnya. Inisiatif ini diklaim berhasil membuat lebih dari 700.000 akun pengiklan bermasalah ditangguhkan dan menurunkan laporan iklan deepfake hingga 90 persen.

Penghapusan iklan deepfake ini dilakukan di seluruh negara. Misalnya di Amerika Serikat saja, Google mengatakan telah menangguhkan 39,2 juta akun pengiklan dan menghapus 1,8 miliar iklan selama 2024.

Pelanggaran utama mencakup penyalahgunaan jaringan iklan, pelanggaran merek dagang, klaim kesehatan yang menyesatkan, iklan yang dipersonalisasi, dan pemalsuan identitas.

Sementara India, sebagai negara berpenduduk terbanyak dan pasar internet terbesar kedua di dunia setelah China, mencatat 2,9 juta akun pengiklan ditangguhkan dan 247,4 juta iklan dihapus.

Lima pelanggaran kebijakan tertinggi di India meliputi layanan keuangan, penyalahgunaan merek dagang, penyalahgunaan jaringan iklan, iklan personalisasi, serta perjudian dan permainan.