Sejarah di Balik Peristiwa Isra' Mi'raj
CELEBESMEDIA.ID, Makassar – Umat Islam memperingati peristiwa Isra Mikraj hari ini Sabtu (28/2/2022). Peristiwa ini merupakan perjalanan Nabi Muhammad Shalallahu Alaihi Wassalam ke langit ketujuh, yang juga mempertemukannya dengan para nabi terdahulu. Peristiwa Isra Mikraj adalah mukjizat besar nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, karena hal ini tidak pernah terjadi kepada nabi dan rasul sebelumnya.
Bagaimana saja kisah Isra’ Miraj?
Mengutip laman rumasyo.com, peristiwa Isra' Mi'raj termasuk ayat (mukjizat) Makkiyah terjadi pada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam sebelum hijrah. Pengamat sirah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam melihat bahwa sebelum Isra' dan Mi'raj ada beberapa peristiwa yang menyedihkan, seperti kematian Abu Thalib dan kematian Khadijah radhiyallahu ‘anha, istri yang setia sehingga beliau tinggal dalam kesunyian, ditambah hijrahnya sebagian sahabatnya ke negeri Habasyah berkali-kali dalam rangka menyelamatkan agamanya.
Rasulullah pun sempat pergi ke Thaif dalam rangka menyeru penduduknya untuk beriman, menerima Islam, dan menjadi penolong agama Allah. Namun mereka menolaknya dan menolak ajarannya. Semua kondisi yang menyulitkan ini, Allah Ta’ala memuliakannya dengan mukjizat besar dan kemuliaan yang tinggi, yaitu Isra dan Mikraj.
Kata “asra” seperti dalam surah Al-Isra’ ayat pertama berarti melakukan perjalanan pada malam hari. Ada yang menambahkan bahwa yang dimaksud adalah melakukan perjalanan pada awal malam, ada juga yang mengatakan pada akhir malam.
Adapun isra yang dilakukan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah melakukan perjalanan pada malam hari dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsha.
Adapun mikraj berasal dari kata yang artinya naik. Mikraj adalah alat yang digunakan untuk naik. Sedangkan mikraj Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah naik dari bumi ke langit melewati lapis langit sampai pada langit ketujuh.
Sikap Seorang Muslim Terhadap Kisah Isra’ Mi’raj
Ada banyak peristiwa yang terjadi dalam Isra’ Mi’raj diantaranya sampainya Rasulullah ke Baitul Maqdis, kemudian berjumpa dengan para nabi dan shalat mengimami mereka, serta berita-berita lain yang terdapat dalam hadits- hadits yang shahih merupakan perkara ghaib. Mengutip muslim.or.id, sikap muslim terhadap kisah-kisah seperti itu seharusnya
- Menerima berita tersebut.
- Mengimani tentang kebenaran berita tersebut.
- Tidak menolak berita tersebut atau mengubah berita tersebut sesuai dengan kenyataannya.